HIKMAH DALAM PERISTIWA ISRA’ DAN MI’RAJ
Oleh:
H. AIP ALY ARFAN, MA
Hadirin Sidang
Jumat yang dirahmati Allah!
Tidak terasa
bahwa kita sudah berada di bulan Rajab yang mulia, berarti beberapa bulan ke
depan kita akan bertemu kembali dengan bulan yang penuh berkah, yaitu bulan Ramadhan.
Di mulai dari bulan Rajab inilah Rasulullah mempersiapkan diri dan keluarganya
untuk menyambut kedatangan tamu agung bulan Ramadhan dengan berbagai persiapan
istimewa demi menggapai kesempurnaan dan kebaikan Allah SWT. yang berlimpah
ruah. Dengan berdoa: “Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan
Sya’ban, dan sampaikanlah kami berjumpa dengan bulan Ramadhan.”
Semoga kita
dapat melakukan amal kebajikan sebanyak-banyaknya di bulan Rajab ini dan selalu
diberikan keberkahan hingga bulan Ramadan nanti. Aamiin yaa Rabbal’aalamiin.
Hadirin sidang
Jumat yang dirahmati Allah!
Salah satu peristiwa besar yang hanya terjadi
sekali dalam sejarah kehidupan manusia adalah peristiwa Isra dan Mi’raj Rasulullah
Saw yang menurut riwayat jumhur ulama, terjadi pada tahun ke-10 kenabian (621
M). Dalam peristiwa ini, pada suatu malam ketika Nabi berada di rumah Hindun
putri Abu Thalib. Beliau dijemput oleh Malaikat Jibril, menaiki kendaraan Buraq
menuju Baitul Maqdis. Setelah salat di Masjid al-Aqsa beliau naik ke Sidratul Muntaha
dengan melewati beberapa pintu langit dan bertemu dengan beberapa nabi
terdahulu. Sampai di Sidratul Muntaha beliau menerima perintah salat dari Allah
swt, turun kembali ke Masjidil Aqsa kemudian kembali ke Mekkah.
Peristiwa yang
maha agung ini menunjukkan keagungan Rasul yang terpilih untuk menjadi subjek
dalam peristiwa ini. Dalam beberapa hadis diriwayatkan bahwa Rasulullah bahkan
menjadi imam salat bagi para nabi sebelumnya. Dalam Al-Quran, peristiwa isra’ dan mi’raj ini
ini diabadikan oleh Allah SWT di dalam Al-Quran, surat Al-Isra’. Allah SWT
berfirman :
سُبۡحَـٰنَ
ٱلَّذِىٓ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَيۡلاً۬ مِّنَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ إِلَى
ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡأَقۡصَا ٱلَّذِى بَـٰرَكۡنَا حَوۡلَهُ ۥ لِنُرِيَهُ ۥ
مِنۡ ءَايَـٰتِنَآۚ إِنَّهُ ۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ
ٱلۡبَصِيرُ. الإسراء: ١
“Maha
Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil
Haram ke Masjidil Aqsha yang telah kami berkahi sekelilingnya, agar kami
perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya
dia adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. Al Israa’: 1)
Selain dalam
surat Al-Isra, peristiwa ini juga termaktub dalam surat An-Najm ayat 10-16,
sebagaimana firman-Nya:
فَأَوۡحَىٰٓ
إِلَىٰ عَبۡدِهِۦ مَآ أَوۡحَىٰ. مَا كَذَبَ ٱلۡفُؤَادُ مَا رَأَىٰٓ. أَفَتُمَـٰرُونَهُ ۥ
عَلَىٰ مَا يَرَىٰ. وَلَقَدۡ رَءَاهُ نَزۡلَةً أُخۡرَىٰ. عِندَ سِدۡرَةِ
ٱلۡمُنتَهَىٰ. عِندَهَا جَنَّةُ ٱلۡمَأۡوَىٰٓ. إِذۡ يَغۡشَى
ٱلسِّدۡرَةَ مَا يَغۡشَىٰ . النجم: ١٠ - ١٦
“Lalu dia
menyampaikan kepada hambaNya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. Hatinya
tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. Maka apakah kaum (musyrik Mekah)
hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya? Dan sesungguhnya
Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang
lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal,
(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang
meliputinya.”(QS. An najm:
10-16)
Sebagai umat Islam, tentunya, kita selalu
merayakan peristiwa Isra Mi’raj ini dengan berbagai aktivitas dan kegiatan
sebagai bagian dari syiar Islam. Pertanyaannya adalah apakah Isra’ Mi’raj itu?
Dan apa hikmah maupun pelajaran yang dapat kita ambil dari peristiwa dan
perayaan Isra’ Mi’raj ini?
Hadirin sidang
Jumat yang dirahmati Allah!
Isra’ artinya perjalanan Rasulullah di malam hari
dari Masjidil Haram di Mekah menuju Masjidil Aqsha di Palestina.
Sedangkan mi’raj berarti dinaikannya Rasulullah menghadap
Allah di sidratil muntaha. Jadi
Isra Mi’raj artinya perjalanan Rasulullah Saw dari Masjidil Haram ke Masjidil
Aqsha yang dilanjutkan sampai ke Sidratul Muntaha.
Kalau berbicara tentang Isra’ Mi’raj, ada satu
hal penting yang perlu diungkapkan di sini, khususnya dalam perspektif bahasa, bahwa
kata isra’ itu sendiri, kalau dirujuk ke kata dasar Arabnya bisa bermakna
“sebuah pencarian”. Kata sariyah yang satu dasar kata dengan isra’ memiliki
arti pencarian. Jadi isra’ di sini bisa kita artikan sebagai sebuah proses
pencarian.
Sedangkan peristiwa Mi’raj dikisahkan dalam surat
an-Najm meski tidak secara eksplisit menyebut kata Mi’raj. Istilah Mi`raj
sendiri berasal dari kata `araja yang berarti naik atau meninggi. Artinya, kita
dituntut untuk naik peringkat dalam soal kecerdasan dan spiritualitas.
Sehingga Isra’ Mi’raj ini bisa berarti pencarian dalam
rangka meningkatkan derajat kita, baik itu derajat keimanan, intelektualitas, spiritualitas,
dan lain sebagainya.
Lalu apa saja hikmah isra’ mi’raj ini?
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Hikmah
Isra Mi’raj banyak sekali. Pada kesempatan khutbah Jumat kali ini khatib ingin
menyampaikan 4 (empat) saja:
1. Pentingnya
salat sebagai sarana hubungan vertikal dengan Allah
Sebelum
terjadinya Isra Mi’raj, Nabi sedang dalam suasana yang sangat sedih. Pamannya
Abu Thalib dan isterinya Khadijah meninggal dunia. Cara agar kesedihannya
hilang adalah dengan Isra’ dan Mi’raj. Dan kita tahu, hasil Isra Mi’raj yang
paling penting adalah diwajibkannya salat lima waktu sehari semalam. Dan salat
inilah yang menjadi penawar segala gundah gulana nabi dan kita juga sebagai
umatnya yang pasti memiliki masalah dalam kehidupan kita sehari-hari. Maka untuk
mengatasinya, kita butuh salat sebagai media curhat dan komunikasi dengan Allah
SWT secara langsung dan bukti kecintaan kita kepada-Nya.
Oleh
karena itu, marilah kita tingkatkan kualitas salat kita. Salat jangan kita
jadikan sebagai beban karena merupakan sebuah kewajiban, tapi jadikanlah salat
sebagai kebutuhan kita, dan yang tidak kalah pentingnya, jadikanlah salat
sebagai sarana mendekatkan diri kita kepada Allah SWT dan bukti kecintaan kita
kepada-Nya.
2. Isyarat
pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Peristiwa
Isra Mi’raj merupakan peristiwa yang sangat terkait dengan ilmu pengetahuan. Di
sini secara tidak langsung Allah SWT mengisyaratkan agar umat Islam punya
perhatian juga terhadap ilmu pengetahuan, sains dan teknologi karena peristiwa Isra’
Mi’raj hanya bisa dijelaskan dengan sains selain dengan pendekatan teologi.
Jangan hanya jadi pengguna teknologi saja seperti sekarang. Bisa menggunakan
komputer, sebatas bisa saja. Mampu menggunakan gadget dengan teknologi
terupdate. Hanya sebatas bisa saja. Handal berselancar di medsos, hanya sebatas
pengguna saja. Dengan peringatan Isra’ Mi’raj ini seyogyanya umat Islam bisa
menjadi produsen teknologi dan tidak merasa puas hanya sebagai user saja.
3.
Peneguhan dan penegasan kebesaran Allah SWT
Di alam
semesta ini, manusia adalah makhluk Allah yang sangat kecil. Tidak ada artinya
kebesaran manusia jika dibandingkan dengan kebesaran Allah SWT. Jangankan kita
manusia, alam semesta yang demikian besarnya pun kecil dan tunduk kepada Allah
SWT. Kapanpun Dia mau, Dia bisa menghancurkannya. Lalu mengapa kita sombong
dengan harta kita? Mengapa kita sombong dengan jabatan kita? Mengapa kita
sombong dengan ilmu kita? Dalam salat yang selalu kita jalankan setiap hari
kita selalu menyatakan secara berulang-ulang, Allahu Akbar. Allah yang paling
besar. Itu artinya kita ini kecil. Tidak ada apapun yang kita miliki yang bisa
kita sombongkan karena semua yang kita miliki itu hakekatnya adalah millik
Allah. Bahkan hidup kita pun berada dalam genggaman Allah SWT.
4.
Hati adalah yang terpenting untuk kita jaga.
Dalam
suatu riwayat disebutkan bahwa sebelum Isra’ dan Mi’raj, dada Nabi kita dibelah
oleh malaikat Jibril. Untuk dibersihkan hatinya. Jadi, hati Nabi selama
hidupnya sudah 2 (dua) kali dibersihkan oleh Allah SWT melalui malaikat Jibril.
Yang pertama, pada saat Beliau masih kecil. Yang kedua, sebelum peristiwa Isra’
dan Mi’raj ini. Pesan paling penting yang ingin disampaikan dalam peristiwa
Isra’ Mi’raj ini adalah bahwa dari semua hal yang penting di dunia ini, yang lebih
penting lagi adalah hati. Hati inilah yang menentukan baik tidaknya amal kita
di dunia ini. Hati inilah penentu masuk
surga atau neraka kah kita? Dalam satu hadisnya, Nabi Saw menyatakan:
إن في
الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله ، و إذا فسدت فسد الجسد كله ألا و هي القلب " ( متفق عليه)
Sesungguhnya di dalam tubuh seseorang terdapat
segumpal daging, apabaila gumpalan itu baik, maka baiklah seluruh tubuh itu.
Namun jika gumpalan itu jelek, maka rusaklah seluruh tubuh itu. Ingatlah
gumpalan itu adalah hati. (hadits ini disepakati kesahihannya oleh semua ahli
hadits)
Oleh karena itu, mari kita
jaga hati kita agar jangan kotor. Mari kita jaga hati kita agar selalu bersih
dari segala penyakitnya. Mari kita jauhkan iri, dengki, sombong dan segala
penyakit hati yang lain. Dan marilah kita hiasi hati kita dengan keikhlasan,
kesabaran, rasa syukur dan segala obat hati yang lain.
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Demikian khutbah Jumat kali
ini. Semoga bermanfaat. Dan semoga kita selalu dapat menjaga hati-hati kita
sehingga kita dijauhkan dari segala penyakit hati yang dapat menodai kesucian
hati-hati kita. Dan Semoga Allah SWT selalu meridhai semua langkah kita. Aamiin
yaa Rabbal’aalamiin.
بَارَكَ اللهُ
لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا
فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ
وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ
رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ
وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا
النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا
اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ
ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ
عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ
وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ
الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ
اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar