Kumpulan Khutbah Jumat



 1. Pentingnya Mengingat Kematian

Hadirin Jama’ah Sidang Jumat Yang dirahmati Allah!

Lima hari yang lalu, tepatnya pada hari ahad 17 Nopember 2013, pukul 00.05 ayah khatib berpulang ke rahmatullah. Innaa lillahi wainnaa ilaihi raji’un. Oleh karena itu, di akhir khutbah ini khatib memohon dengan kerendahan hati agar hadirin sekalian ikut mendoakan semoga ayah saya diampuni segala dosa dan kesalahannya dan diterima amal ibadahnya serta mendapat rida Allah SWT.
Berkenaan dengan hal tersebut, maka secara khusus khatib mengangkat tema kematian agar menjadi pengingat, khususnya untuk diri khatib sendiri dan jama’ah sekalian pada umumnya.
Hadirin Jama’ah Sidang Jumat Yang dirahmati Allah!
Kematian adalah suatu hal yang pasti ditemui oleh setiap manusia, meskipun tidak ada seorang pun dari manusia yang mengetahui kapan ajal menjemput. Dan jika telah datang waktunya, tidak ada seorang pun yang mampu menunda maupun mempercepatnya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-A’raf: 34:
034. Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.
Oleh karena itu, sebagai muslim, kita harus mempersiapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk kita bawa nanti pada saat ajal menjemput. Pertanyaannya kemudian, Apa yang harus kita persiapkan sebagai  bekal hidup di akhirat nanti.  

Hadirin Jama’ah Sidang Jumat Yang dirahmati Allah!

Kalau dalam ilmu manajemen kita mengenal istilah planning atau perencanaan sebagai langkah penting yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan hidup di dunia, maka untuk mencapai tujuan hidup di akhirat nanti, perencanaan juga merupakan aspek yang sangat penting yang harus kita lakukan sebagai muslim. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Hasyr: 18:
018. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Lalu, bagaimana aplikasi perencanaan untuk mencapai kebahagiaan di akhirat nanti?

Hadirin Jama’ah Sidang Jumat Yang dirahmati Allah!

Kata kuncinya adalah bertakwa kepada Allah SWT. Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan menjalankan seluruh perintah Allah SWT dan menjauhi segala yang dilarang. Teknisnya seperti apa? Sederhana saja, jika diperintahkan oleh Allah SWT untuk salat, maka salatlah. Ketika diperintahkan untuk berpuasa, maka berpuasalah. Ketika diperintahkan untuk berlaku jujur, jujurlah. Lalu, ketika dilarang berdusta, jangan berbohong. Ketika dilarang korupsi janganlah korupsi. Begitu seterusnya.

Demikian khutbah Jumat kita kali ini. Semoga bermanfaat.

 2. Menjadi Muslim Yang Baik


Hadirin Jama’ah Sidang Jumat Yang dirahmati Allah!

Siapa sih muslim yang baik itu? Nah, berbicara tentang muslim yang baik ini, ada baiknya khatib uraikan terlebih dahulu 4 (empat) golongan muslim.
  1. Muslim yang tidak tahu bagaimana menjadi muslim yang baik.
  2. Muslim merasa dirinya tahu bagaimana menjadi muslim yang baik padahal tidak tahu.
  3. Muslim yang tahu bagaimana menjadi muslim yang baik tapi tidak mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
  4. Muslim yang tahu bagaimana menjadi muslim yang baik dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Golongan yang pertama, muslim yang tidak tahu bagaimana menjadi muslim yang baik. Untuk golongan yang satu ini, mudah saja mengatasinya. Ajarkan mereka bagaimana menjadi muslim yang baik. Setelah itu, apakah mereka mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari atau tidak, itu bukan urusan kita lagi.
Yang sulit sebenarnya mengatasi golongan yang kedua, yaitu mereka yang menganggap diri mereka tahu bagaimana menjadi muslim yang baik, padahal tidak tahu. Ini yang digambarkan oleh Allah SWT dalam al-Quran surat Al-Kahfi: 104:
104. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.
Golongan yang ketiga, mereka tahu bagaimana menjadi muslim yang baik tetapi tidak mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kita berlindung kepada Allah SWT agar tidak termasuk kedalam golongan yang satu ini karena golongan ketiga inilah yang diancam oleh Allah SWT dengan sebutan “Kaburo Maqtan”.
Golongan yang keempat, yaitu muslim yang tahu bagaimana menjadi muslim yang baik dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tentunya kita berharap agar Allah SWT memasukkan kita semua kedalam golongan yang keempat ini. Amin Ya Rabbal ‘alamin. Lalu, apa sajakah ciri-ciri muslim yang baik itu?

Hadirin Jama’ah Sidang Jumat Yang dirhamati Allah!

Ciri-ciri muslim yang baik, di antaranya:
1.      Tidak menyekutukan Allah SWT (syirik). Ini adalah yang pertama dan utama. Jadi kalau kita percaya kepada Allah SWT tetapi kita juga percaya kepada dukun, paranormal yang tidak jelas, cincin, keris, jimat, takhayul, khurafat, ramalan bintang dan lain sebagainya, maka kita bukanlah muslim yang baik karena dosa syirik adalah dosa yang terbesar dan tak terampuni. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nisaa: 116:
116. Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.
2. Tidak melakukan dosa-dosa besar dan keji, seperti meminum-minuman keras, membunuh, berzina, narkoba, korupsi dll. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat an-Najm: 31:
031. Dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga).
032. (Yaitu) orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunanNya. Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan) mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.
3. Tidak berlebihan/lebay. Jadi kalau ibadah kita berlebihan hingga lupa akan dunia, salat terus misalnya, tetapi tidak mau bekerja mencari nafkah, ini berarti kita bukanlah muslim yang baik. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Qashash: 77:
077. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Atau sebaliknya, yang kita perhatikan hanyalah urusan dunia saja, kerja saja misalnya hingga lupa salat. Cari duit saja misalnya, tetapi tidak mengeluarkan zakat, tidak bersedekah dan tidak membantu orang-orang yang membutuhkan, itu berarti kita bukan muslim yang baik. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran Surat Al-An’am: 32:
032. Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?
4. Tetap beribadah kepada Allah SWT dan mengikuti sunnah Rasul-Nya meskipun telah tertimpa kesusahan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Ali Imran: 172:
172. (Yaitu) orang-orang yang menta`ati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan di antara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar.

Hadirin Jama’ah Sidang Jumat Yang dirahmati Allah!

Ciri-ciri muslim yang baik itu selalu bersedekah meskipun secara ekonomi dalam keadaan sulit.Muslim yang baik juga tidak emosional, ia juga pemaaf. Jadi kalau kita mudah marah dan sulit memaafkan orang lain, pendendam, maka kita bukanlah muslim yang baik. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Ali Imran: 134:
134. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Hadirin Jama’ah Sidang Jumat Yang dirahmati Allah!

Demikian khutbah Jumat kali ini. Semoga bermanfaat.

 3. Memaknai Tahun Baru

Hadirin Sidang  Jumat Yang dirahmati Allah! 

Berdasarkan kalender Masehi, hari ini adalah tanggal 27 Desember 2013. Berarti beberapa hari lagi kita akan memasuki tahun baru 2014 M. Tentunya seperti tahun-tahun sebelumnya, pergantian tahun ini akan diwarnai berbagai kegiatan dan acara, seperti, berpergian ke tempat-tempat hiburan, jalan-jalan ke puncak atau keluar negeri, menonton TV, meniup trompet, menyalakan kembang api, dan lain-lain. Dari beragamnya acara dalam menyambut detik-detik pergantian tahun ini muncul banyak pertanyaan di benak kita, apa hukumnya merayakan pergantian tahun ini? Bolehkah meniup trompet dan menyalakan kembang api dalam menyambut tahun baru? Dan apa makna tahun  baru ini bagi umat Islam? Atau dengan kalimat lain, bagaimana kita umat Islam memaknai tahun baru ini?
Hadirin Sidang  Jumat Yang dirahmati Allah!
Kalau dilihat dari sejarahnya, perayaan pergantian tahun ini sudah dilakukan sejak dahulu kala, yaitu tahun 153 SM oleh bangsa Romawi yang dilanjutkan oleh Julius Caesar  pada tahun 47 SM. Artinya perayaan tahun baru ini telah dilakukan sebelum dirayakan oleh orang-orang Nasrani. Hingga saat ini, perayaan tahun baru Masehi bukan saja dirayakan oleh orang-orang Kristen, tapi oleh sebagian besar (seluruh) manusia di berbagai belahan dunia. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa perayaan tahun baru tidak terkait oleh hari besar agama tertentu. Jadi hukumnya adalah boleh. Dan sebenarnya, yang menjadi permasalan bukan haram atau tidaknya merayakan tahun baru Masehi ini, tapi apa yang kita lakukan dalam merayakannya. Apakah menyimpang dari nilai-nilai Islam atau masih dalam koridornya.  Yang jadi persoalan bukan  apakah jika kita merayakan pergantian tahun ini berarti kita mengikuti orang-orang non-muslim, atau tidak, tapi apakah dalam merayakannya kita juga mengikuti bagaimana orang-orang non-muslim merayakannya atau kita punya cara sendiri dalam merayakannya. Oleh karena itu, menyalakan kembang api pada malam pergantian tahun boleh-boleh saja. Begitu juga dengan meniup trompet. Singkatnya, bukan merayakannya yang bermasalah, tapi bagaimana kita merayakannya. Kalau kita merayakannya diringi dengan perbuatan maksiat, dengan meminum-minuman keras, misalnya, maka itu yang dilarang. Tapi sebaliknya, kalau kita merayakannya dengan zikir bersama, misalnya, maka itu yang dianjurkan. 

Hadirin Sidang  Jumat Yang dirahmati Allah! 

Kalau kita telaah lebih jauh, sebenarnya ada satu hal yang lebih penting dari sekadar perayaan tahun baru Masehi ini. Apa itu? Inilah yang khatib istilahkan dengan memaknai tahun baru. Lalu, apa makna  tahun baru Masehi ini bagi kita umat Islam?
Tahun baru Masehi sebagaimana tahun baru Hijriah, adalah peristiwa perpindahan masa atau waktu dari yang lama ke yang baru. Ini artinya ketika terjadi pergantian tahun, maka kita seakan diingatkan akan pentingnya waktu dalam kehidupan kita, umat Islam. Sebagaimana kita ketahui bersama, dalam Islam, waktu adalah hal yang sangat penting. Begitu pentingnya waktu, Allah SWT bersumpah atas nama waktu. Ada waddhuha, wallail dll. Dan semua manusia akan merugi jika tidak menyadari pentingnya menggunakan waktu untuk melakukan kebaikan. Dalam surat Al-Ahsr Allah SWT berfirman:

1)     Demi masa.
2)     Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,
3)     kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Dalam Islam, waktu juga sangat berharga. Begitu berharganya waktu dalam Islam Imam Al-Ghazali seorang tokoh yang sangat berpengaruh mengatakan bahwa yang paling jauh itu waktu yang telah berlalu dan yang paling dekat adalah kematian.
Selain itu, waktu kita hidup di dunia ini sangat singkat. Begitu singkatnya sampai-sampai kita tidak merasa bahwa semakin hari usia kita semakin bertambah. Usia kita yang dari hari ke hari bertambah pun pada hakekatnya berkurang.
Hadirin Sidang Jumat Yang dirahmati Allah!
Oleh karena itu, bagaimana kita memaknai tahun baru ini adalah dengan memanfaatkan momen pergantian tahun untuk melakukan evaluasi dan introspeksi diri. Dan pertanyaan yang perlu kita jawab adalah sudah seberapa besar kah kebaikan kita di tahun yang lalu? Dan apakah kita sudah mempersiapkan bekal kita di akhirat nanti sebanyak-banyaknya?
Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Hasyr: 18.

018. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Begitu juga hadis nabi Muhammad SAW: "Dari Syadad bin Aus r.a, dari Rasulullah SAW, bahwa beliau berkata, "Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT". (HR. Imam Turmudzi) dan pernyataan Umar bin Khattab tentang pentingnya muhasabah: Lakukankah evaluasi terhadap diri kamu sekalian sebelum dievaluasi nanti (di akhirat). Pertanyaan yang perlu kita jawab adalah apakah tahun yang baru lewat ini tahun kebaikan kita? Seberapa besar kebaikan yang telah kita lakukan di tahun ini? Apakah kita telah memanfaatkan tahun ini dengan sebaik-baiknya untuk berbuat sebanyak mungkin kebaikan dan kebajikan?
Semoga Allah SWT mengampuni segala dosa dan kesalahan yang kita lakukan di tahun 2013 ini dan semoga tahun yang akan datang lebih baik dari tahun ini. Amin.

Hadirin Sidang  Jumat Yang dirahmati Allah!
Demikian khutbah Jumat kali ini semoga bermanfaat.



MEMBERIAN BANTUAN KEPADA ORANG YANG MEMBUTUHKAN
DALAM PERSPEKTIF ISLAM*)
OLEH: H. AIP ALY ARFAN, MA
Hadirin, jamaah sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Indonesia saat ini sedang berduka. Belum 2 (dua) minggu selepas pergantian tahun baru 2014 kita telah ditimpa  kembali oleh musibah banjir. Ini terjadi pada saat bencana akibat letusan gunung Sinabung di Medan masih terus menimpa. Jumlah korbannya semakin hari semakin bertambah. Tentunya, para korban bencana ini membutuhkan bantuan yang tidak sedikit, dari makanan, pakaian, selimut, obat-abatan dan lain sebagainya. Terkait dengan hal ini maka khutbah Jumat kali ini khatib beri judul Memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan dalam perspektif Islam.
Hadirin, jamaah sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh Thabrani & Ibnu Asakir, suatu hari, sepeninggal Rasulullah SAW, Abu Hurairah r.a. beri’tikaf di masjid Nabawi. Ia tertarik ketika mengetahui ada seseorang di masjid yang sama, duduk bersedih di pojok masjid. Abu Hurairah pun menghampirinya untuk menanyakan apa yang menyebabkannya tampak bersedih. Setelah mengetahui masalah yang menimpa orang itu, Abu Hurairah pun segera menawarkan bantuan. ”Mari keluar bersamaku wahai saudara, aku akan memenuhi keperluanmu,” ajak Abu Hurairah. "Apakah kau akan meninggalkan kegiatan beri'tikafmu demi menolongku?" tanya orang tersebut terkejut. ”Ya. Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Sungguh berjalannya seseorang di antara kamu untuk memenuhi kebutuhan saudaranya, lebih baik baginya daripada i'tikaf di masjidku ini selama sebulan”.
Dari hadis yang khatib paparkan tadi dapat kita lihat bagaimana Abu Hurairah yang sedang berii’tikaf di masjid menghentikan aktivitasnya tersebut demi menolong orang lain yang sedang mengalami kesulitan, padahal kita tahu bahwa beri’tikaf di masjid adalah amalan baik yang akan mendapatkan pahala bagi orang yang melakukannya. Dalam hadis ini Abu Hurairah tidak melanjutkan I’tikafnya dan memilih menolong orang lain yang membutuhkan pertolongannya karena perbuatan menolong orang lain yang sedang mengalami kesulitan kualitasnya lebih baik dari I’tikaf selama 1 (satu) bulan lamanya. Artinya, perbuatan menolong orang lain yang mendapatkan kesulitan dalam perspektif Islam tidak kalah pentingnya daripada melakukan ibadah yang hukumnya sunnah seperti I’tikaf di masjid.
Dalam hadis lain Rasulullah SAW bersabda:
خير الناس أنفعهم للناس
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain (HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni)
Dalam hadis ini kita dapat mengambil sebuah poin penting yaitu bahwa manusia yang paling bermanfaat dalam pandangan Islam bukan yang paling banyak ibadahnya, tapi yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.
Pertanyaannya adalah, apa yang harus kita lakukan sebagai umat Islam melihat kondisi terakhir di tanah air yang sedang ditimpa berbagai bencana ini?

Hadirin, jamaah sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Berdasarkan Hadis-hadis yang khatib bacakan tadi, maka siapapun kita, di manapun kita berada, apapun profesi kita, hendaknya kita memiliki orientasi untuk memberikan manfaat bagi orang lain karena sebagai Muslim, kita tidak hanya dituntut untuk melakukan ibadah-ibadah formal seperti salat dan membaca al-Quran saja, tetapi kita juga dituntut oleh Islam untuk juga melakukan ibadah sosial. Dalam Islam, banyak hal yang bisa dikategorikan sebagai ibadah sosial, di antaranya adalah membayar zakat dan bersedekah. Untuk yang terakhir ini,
Rasulullah SAW bersabda:
كُلُّ سُلاَمَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيهِ الشَّمْسُ ، يَعْدِلُ بَيْنَ الاِثْنَيْنِ صَدَقَةٌ ، وَيُعِينُ الرَّجُلَ عَلَى دَابَّتِهِ ، فَيَحْمِلُ عَلَيْهَا ، أَوْ يَرْفَعُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ ، وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ ، وَكُلُّ خَطْوَةٍ يَخْطُوهَا إِلَى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ ، وَيُمِيطُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ صَدَقَةٌ

Setiap persendian manusia diwajibkan untuk bersedekah setiap harinya mulai matahari terbit. Berbuat adil antara dua orang adalah sedekah. Menolong seseorang naik ke atas kendaraannya atau mengangkat barang-barangnya ke atas kendaraannya adalah sedekah. Berkata yang baik adalah sedekah. Begitu pula setiap langkah berjalan untuk menunaikan shalat adalah sedekah. Serta menyingkirkan suatu rintangan dari jalan adalah sedekah. (HR. Bukhari)

Oleh karena itu, dengan adanya berbagai bencana yang menimpa saudara-saudara kita di tanah air ini mari kita sama-sama menyingsingkan lengan badan, bahu membahu untuk memberikan bantuan, apa saja yang bisa kita lakukan. Kalau kita memiliki dana, mari kita sisihkan sebagian dana kita untuk para korban bencana. Kalau kita memiliki pakaian yang layak pakai, selimut, obat-obatan dan lain sebagainya mari kita berikan kepada mereka. Atau kalau kita memiliki waktu dan tenaga, kita bisa menggunakan waktu dan tenaga kita untuk menjadi relawan.

Hadirin sidang Jum'at yang dirahmati Allah!

Sepintas, ketika kita memberikan manfaat kepada orang lain, membantu dan menolong sesama itu membuat waktu kita tersita, harta kita berkurang, tenaga dan pikiran kita terporsir. Namun sesungguhnya, saat kita memberikan manfaat kepada orang lain, pada hakikatnya kita sedang menanam kebaikan untuk diri kita sendiri. Jika kita menolong orang lain, Allah akan menolong kita. Allah SWT berfirman  dalam surat Al-Isra ayat 7:

إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ
Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri (QS. 17:7).
Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ كَانَ فِى حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِى حَاجَتِهِ

Barangsiapa membantu keperluan saudaranya, maka Allah membantu keperluannya. (Muttafaq 'alaih).
Jika kita menolong dan membantu sesama, pertolongan dari Allah bukan sekadar di dunia, tetapi juga di akhirat. Jika kita memberikan manfaat kepada orang lain, Allah memudahkan kita bukan hanya dalam urusan dunia, tetapi juga pada hari kiamat kelak.

Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ

Siapa yang membantu menyelesaikan kesulitan seorang mu’min dari berbagai kesulitan2 dunia, Allah akan membantu menyelesaikan kesulitannya di hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang dalam kesulitan, niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat (HR. Muslim)
Demikian khutbah Jumat kali ini, semoga bermanfaat dan kita berdoa semoga Allah SWT menjadikan kita orang-orang yang memiliki kepedulian sosial yang tinggi sehingga kita tidak hanya piawai dalam ibadah formal saja tetapi juga jago dalam ibadah sosial. Amin.

*) Khutbah ini disampaikan pada tanggal 24 Januari 2014 di Masjid SMPN 6 Bulak Klender Jakarta Timur




URGENSI WAKTU DALAM PANDANGAN ISLAM[1]
Oleh:
H. Aip Aly Arfan, MA[2]

Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!

Hari demi hari telah kita lewati, minggu demi minggu telah kita lalui dan bulan demi bulan telah kita masuki hingga tibalah kita pada hari ini Jumat 27 Desember 2019. Ini artinya beberapa hari  lagi kita akan memasuki tahun baru 2020. Ini artinya pula bahwa usia kita bertambah setahun. Semakin hari semakin tualah usia kita. Sebelumnya kulit kita masih kencang, sekarang kulit kita sudah mulai mengendur. Dulu rambut kita berwarna hitam, sekarang sudah banyak ubannya. Di antara kita ada yang dahulunya masih anak-anak, sekarang  sudah punya anak, bahkan cucu. Ini semua merupakan tanda-tanda yang diberikan Allah SWT kepada kita bahwa akan datang suatu waktu di mana kita akan kembali kepada Allah Swt, saat itulah di mana tidak ada lagi saudara, keluarga, sanak saudara, tetangga dan sahabat yang menemani kita dalam suatu kondisi yang disebut mati. Bahkan yang namanya kematian tidak mengenal usia. Ada yang meninggal dunia pada usia 80-an tahun, ada. Yang meninggal dunia pada usia 60-an tahun banyak, yang meninggal dunia pada usia 40-an tahun juga banyak, yang meninggal dunia sebelum usia 30-an tahun pun tidak sedikit. Pertanyaannya, sudah siapkah kita semua dalam menghadapi kematian yang pasti akan menghampiri kita semua?

Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Di sinilah pentingnya kita meresapi dan menghayati betapa pentingnya waktu bagi kehidupan kita dan selanjutnya kita beramal saleh sebanyak-banyaknya agar kita tidak termasuk orang-orang yang merugi sebagaimana firman Allah Swt dalam surat Al-Ashr..Dalam bahasa Arab pentingnya waktu diungkapkan dengan kalimat berikut:
الوقت كالسيف إن لم تقطعه قطعك
Waktu itu ibarat pedang yang jika kamu tidak dapat menggunakannya dengan baik, maka ia yang akan membinasakanmu.
Dan di sinilah pentingnya kita memiliki sikap yang bijaksana dalam menghabiskan waktu kita yang tersisa. Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan berupaya mengendalikan diri dan hawa nafsu kita dari perbuatan-perbuatan dan amalan-amalan yang tidak berguna untuk kepentingan kita setelah ajal menjemput.
Kita harus pandai-pandai mengendalikan hawa nafsu kita dan melakukan perbuatan-perbuatan baik demi kepentingan kita di akhirat nanti.
الكيس من دان نفسه وعمل لما بعد الموت
Dalam sebuah pernyataan yang sangat popular, khalifah kedua, Umar bin Khattab pernah menegaskan pentingnya memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Beliau mengatakan:
حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا
Introspeksi dirilah kalian sebelum nanti diri kalian dinilai.

Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Maka dari itu, pada momen pergantian tahun ini, yang terbaik yang perlu kita lakukan bukan membunyikan terompet tahun baru, bukan juga berpawai keliling kota,  atau menyalakan kembang api. Yang harus kita lakukan, dan inilah yang terbaik, yaitu melakukan evaluasi diri dan introspeksi diri dengan bertanya kepada diri kita masing-masing, sudah siapkah kita kembali menghadap Allah Swt? Sudah berapa banyakkah bekal yang kita persiapkan untuk kehidupan akhirat kita? Dan apakah jiwa kita ketika kembali kepada Allah Swt merupakan jiwa yang tenang yang mutmainnah dan diridai oleh Allah Swt sehingga dimasukkannya diri kita kedalam surga-Nya?
Oleh karena itu marilah kita sama-sama menghitung sudah berapa banyak kebaikan yang kita lakukan selama ini? Marilah sama-sama kita menghitung berapa banyak dosa dan kesalahan yang kita lakukan sebelum dihitung nanti di akhirat. Karena apa? Karena kematian itu pasti dan tidak seorang pun yang dapat menghindarinya.

Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Demikianlah khutbah Jumat singkat kali ini. Semoga bermanfaat dan kita berdoa semoga kita dapat menggunakan sisa waktu kita dengan hal-hal yang baik yang Allah ridai dan semoga hidup kita nanti diakhiri dengan husnul khatimah. Amin Ya Rabbal Alamin.

018. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.



[1] Khutbah Jumat di Masjid Al-Ihsan Klender Jakarta Timur pada tanggal 27 Desember 2019
[2] Khatib adalah Dosen Sejarah dan Peradaban Islam di STAI Indonesia Jakarta



BURUH DALAM PANDANGAN ISLAM
Oleh: H. Aip Aly Arfan, MA
Hadirin Sidang Jum’at Yang dirahmati Allah!
Hari ini adalah tanggal 1 Mei 2015. Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa tanggal 1 Mei telah ditetapkan sebagai hari buruh internasional. Di mana-mana di seluruh penjuru dunia, memperingati hari buruh ini, termasuk di Indonesia. Dan rencananya, hari ini ribuan buruh dari Jabodetabek akan melakukan unjuk rasa di 4 titik di Jakarta. Bahkan kemarin pun di beberapa daerah seperti di Surabaya telah melaksanakan unjuk rasa. Karena pentingnya masalah buruh ini, maka judul khutbah kali ini adalah Buruh Dalam Pandangan Islam.
Hadirin Sidang Jum’at Yang dirahmati Allah!
Kalau berbicara tentang buruh, memang selalu saja ada masalah. Dari masalah gaji/honor yang tidak dibayarkan sesuai dengan upah minimum, penyiksaan buruh yang dilakukan oleh majikannya hingga masalah undang-undang yang tampak tidak berpihak kepada kepentingan buruh. Lalu, bagaimana sebenarnya posisi buruh dalam pandangan Islam?
Hadirin Sidang Jum’at yang dirahmati Allah!
Dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Anas bin Malik R.a, adalah salah seorang sahabat yang pernah menjadi pembantu Nabi Muhammad Saw. selama hampir 9 tahun lamanya, sejak di usia 10 tahun, Beliau pernah memberikan testimoninya sebagai berikut:
Rasulullah Saw. adalah orang yang paling baik akhlaknya. Suatu hari (sewaktu saya masih kanak-kanak), beliau menyuruh saya untuk tugas tertentu. Saya bergumam: Saya tidak mau berangkat. Sementara batin saya meneriakkan untuk berangkat menunaikan perintah Nabi Allah.  Saya pun berangkat, sehingga melewati gerombolan anak-anak yang sedang bermain di pasar. Saya pun bermain bersama mereka. Tiba-tiba Rasulullah Saw. memegang tengkuk saya dari belakang. Saya melihat beliau, dan beliau tertawa. Beliau bersabda: “Hai Anas, berangkatlah seperti yang saya perintahkan.” “Ya, saya pergi sekarang ya Rasulullah.” Jawab Anas. Beliau memberi kesan:
وَاللهِ! لَقَدْ خَدَمْتُهُ سَبْعَ سِنِينَ أَوْ تِسْعَ سِنِينَ مَا عَلِمْتُ قَالَ لِشَيْءٍ صَنَعْتُ: لِمَ فَعَلْتَ كَذَا وَكَذَا. وَلاَ لِشَيْءٍ تَرَكْتُ: هَلاَّ فَعَلْتَ كَذَا وَكَذَا
Demi Allah, saya telah melayani Nabi Saw. selama 7 atau 9 tahun. Saya belum pernah sekalipun beliau berkomentar terhadap apa yang saya lakukan: “Mengapa kamu lakukan ini?”, tidak juga beliau mengkritik: “Mengapa kamu tidak lakukan ini?” (HR. Muslim 2310 dan Abu Daud 4773).
Selain itu, dalam riwayat lain, Aisyah menceritakan:
مَا ضَرَبَ رَسُولُ اللهِ شَيْئًا قَطُّ بِيَدِهِ وَلاَ امْرَأَةً وَلاَ خَادِمًا
“Rasulullah Saw. tidak pernah memukul dengan tangannya sedikit pun, tidak kepada wanita, tidak pula budak.” (HR. Muslim 2328, Abu Daud 4786).
Nabi Saw. juga pernah menjumpai salah seorang sahabat yang memukul budak lelakinya. Tepatnya ia sahabat Abu Mas’ud Al-Anshari. Seketika itu, Nabi Saw. mengingatkan sahabat itu dari belakang:
اعْلَمْ أَبَا مَسْعُودٍ، الَلَّهُ أَقْدَرُ عَلَيْكَ مِنْكَ عَلَيْهِ
Ketahuilah wahai Abu Mas’ud, Allah lebih kuasa untuk menghukummu seperti itu, dari pada kemampuanmu untuk menghukumnya.”
Hadirin Sidang Jum’at yang dirahmati Allah!
Setidaknya ada 4 (empat) hal yang mengambarkan posisi buruh dalam pandangan Islam sebagaimana hadis-hadis yang tadi khatib sampaikan:
1.      Islam adalah agama yang sangat melindungi buruh. Begitu besar perindungan Islam kepada buruh ini sampai-sampai dalam hal perbudakan, Islam telah sangat jelas berupaya menghapusnya dari muka bumi. Dalam Al-Quran Surat Al-Mujadilah ayat 4 misalnya, jika seseorang melakukan zhihar kepada isterinya (Zhihar itu mengatakan bahwa punggung isterinya seperti punggung ibunya) kemudian ingin rujuk kepada isterinya tersebut, maka ia harus memerdekakan budak.
Besarnya perlindungan Islam kepada buruh juga dapat kita lihat dalam hadis-hadis Nabi Muhammad SAW. Sebagai contoh hadis yang diriwayatkan Imam Muslim, Rasulullah SAW pernah menegur Abdullah Ibn Mas’ud yang memukul budaknya. Selain itu, Rasul pun memerintahkan sahabat tersebut untuk memerdekakannya.
2.      Islam tidak merendahkan kedudukan buruh. Kepada mereka, Islam jelas sikapnya, yaitu tidak memandang rendah kepada mereka. Manusia adalah sama di hadapan Allah, yang membedakannya adalah kadar keimanan dan ketakwaan mereka. Bahkan seorang budak dalam Islam adalah saudara majikannya. Bedanya adalah bahwa budak dijadikan Allah berada di bawah kekuasaan majikanya. Sebagaimana Hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:

إِخْوَانُكُمْ خَوَلُكُمْ ، جَعَلَهُمُ اللهُ تَحْتَ أَيْدِيكُمْ
Budak kalian adalah saudara kalian juga. Allah jadikan mereka di bawah kekuasaan kalian”

Karena itulah, maka Nabi Muhammad SAW pun dalam hadisnya yang lain memerintahkan kepada para majikan untuk memberikan makanan yang baik, makanan yang kualitasnya sama dengan apa yang dimakannya dan memberikan pakaian yang layak sama dengan yang dipakainya.
Hadirin Sidang Jum’at yang dirahmati Allah!
3.      Islam mengingatkan secara tegas kepada para majikan untuk tidak memberikan beban kerja melebihi kemampuan para pekerjanya. Kalaupun ia terpaksa membebani para pekerjanya dengan sesuatu yang memberatkan mereka, maka hendaknya ia turut membantu meringankannya. Dalam hal ini Nabi SAW dalam hadisnya yang diriwayatkan Imam Bukhari bersabda:
وَلاَ تُكَلِّفُوهُمْ مَا يَغْلِبُهُمْ، فَإِنْ كَلَّفْتُمُوهُمْ فَأَعِينُوهُمْ
Jika engkau terpaksa membebani mereka sesuatu yang memberatkan mereka maka bantulah mereka”. (HR. Bukhari, kitab Al-Iman, bab Ith'amul Mamluk Mimma Ya'kulu).
4.      Islam sangat memerhatikan kepentingan buruh. Begitu perhatiannya Islam kepada buruh ini, maka dalam hal pengupahan Islam memerintahkan para pengusaha, pemiliki modal, majikan untuk membayarkan upah para pekerjanya tidak lama setelah pekerjaannya selesai. Sebagaimana disebutkan dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Imam bukhari dan Muslim,. Rasulullah SAW bersabda:

أَعْطُوا الأَجِيرَ أَجْرَهُ قَبْلَ أَنْ يَجِفَّ عَرَقُهُ
”Berikanlah upah kepada pekerjamu sebelum keringatnya kering”.
Hadirin Sidang Jum’at yang dirahmati Allah!
Demikian khutbah Jumat kali ini. Semoga kita semua terhindar dari sikap dan perilaku yang zalim kepada orang lain, terutama kepada mereka yang berada di bawah kekuasaan kita. Amin Ya Rabbal’Alamin.



KEUTAMAAN DAN MANFAAT SALAT*)[1]
Oleh:
H. Aip Aly Arfan, MA
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الْمَحْمُوْدِ عَلَى كُلِّ حَالٍ، أَحْمَدُهُ سُبْحَاَنَهُ وَهُوَ اَلْمَوْصُوْفِ بِصِفَاتِ الْجَلاَلِ وَالْكَمَالِ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ ذُو الْعَظَمَةِ وَالْجَلاَلِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْمَقَالِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وسلم عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ خَيْرِ صَحْبٍ وَآلٍ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كثيرا. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى حَقَّ تُقَاتِهِ، حَيْثُ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Di akhir zaman ini, kita menyaksikan suatu fenomena memprihatinkan yang menimpa umat Islam, yaitu sebuah realita banyaknya orang yang mengaku muslim namun tidak memahami hakikat agama Islam yang dianutnya, bahkan tingkah laku keseharian mereka sangatlah jauh dari nilai-nilai Islam itu sendiri.
Di antaranya adalah banyaknya umat Islam di masa sekarang yang meremehkan dan menyia-nyiakan salat, bahkan tidak sedikit dari mereka yang berani meninggalkannya dengan sengaja dan terang-terangan. Padahal dalam Islam, salat memiliki kedudukan yang tidak bisa ditandingi oleh ibadah lainnya sebagaimana yang tergambar dari peristiwa isra’ dan mi’raj dimana Rasullah Saw menerima wahyu perintah salat. Setelah beliau sampai di Sidratul Muntaha, Allah SWT berbicara langsung kepada Nabi Saw. Yang demikian itu menunjukkan bahwa betapa tinggi kedudukan ibadah salat dalam Islam, karena ia adalah tiang agama, di mana agama ini tidak akan tegak kecuali dengannya. Dalam suatu hadis sahih Rasulullah Saw bersabda:
رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلَامُ وَعَمُوْدُهُ الصَلَاةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ
Sesuatu hal yang terpenting itu adalah Islam, tiangnya adalah salat, dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah.” (HR. At-Tirmidzi)
Tidak hanya itu, salat merupakan sebab dimasukkannya seseorang kedalam neraka yang bernama Saqar, yaitu neraka yang membara. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-Muddatsir: 42-46.
Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Sebagai umat Islam, kita diperintahkan untuk melaksanakan ibadah salat 5 (lima) kali dalam sehari. Dan ibadah ini diwajibkan setelah perintah ikhlas, sebagaimana Firman Allah SWT:
وَمَآ أُمِرُوْا إِلاَّ لِيَعْبُدُوْااللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَآءَ وَيُقِيْمُوْا الصَّلَوةَ وَيُؤْتُوْا االزَّكَوةَ وَذَلِكَ دِيْنُالْقَيِّمَةِ
Dan tidaklah mereka disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam menjalankan agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Dan sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوْا أَنْ لاَ إِله إِلاّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللَّه ، وَيُقِيْمُوا الصَّلاَةَ، وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ، فَإِذَا فَعَلُوْا ذَلِكَ، عَصَمُوْا مِنِّيْ دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّ الْإِسْلاَمِ، وَحِسَابُهُمْ عَلَى الله.
Aku telah diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwasanya tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, kemudian mendirikan salat dan menunaikan zakat. Apabila mereka melakukan itu, maka mereka menjaaga darah dan harta mereka dariku kecuali dengan hak Islam, dan perhitungan mereka diserahkan kepada Allah.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Salat juga merupakan amal pertama kali yang akan dihisab di hari kiamat kelak, seperti tersebut dalam hadis dari sahabat Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw bersabda:
إنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ، فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ.
Sesungguhnya yang pertama kali dihisab dari amal seorang hamba pada Hari Kiamat adalah salat. Apabila salatnya baik, maka ia telah berbahagia dan sukses, tetapi apabila salatnya jelek, maka ia telah celaka dan rugi.” (HR. At-Tirmidzi).
Dari hadis ini kita dapat menyimpulkan bahwa salat merupakan penentu amal perbuatan kita. Kalau salat kita baik, maka baik pula amal perbuatan kita. Begitu juga sebaliknya. Tapi bagaimana amal perbuatan kita bisa menjadi baik kalau melaksanakan salat saja, tidak.
Dan yang pasti, salat itu memiliki manfaat dan keutamaan buat diri kita, terutama sebagai bekal kita di akhirat nanti. Lalu apa sajakah manfaat dan keutamaan salat itu?
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Di antara manfaat atau keutamaan salat dalam Islam, yang pertama, bahwa salat adalah rukun Islam yang paling utama setelah syahadat. Dari Ibnu Umar r.a. bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad Saw bersabda:
بـني الإسـلام على خـمـس : شـهـادة أن لا إلـه إلا الله وأن محمد رسول الله ، وإقامة الصلاة، وإيـتـاء الـزكـاة ، وحـج البيت ، وصـوم رمضان
Islam itu didirikan atas lima pondasi, bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah Shubhanahu wa ta’alla dan bersaksi bahwa Muhammad Shalallhu’alaihi wa sallam adalah utusan Allah Shubhanahu wata’alla, mendirikan shalat, menunaikan zakat , berhaji dan melaksnakan puasa ramadhan” [HR Bukhari dan Muslim].
Kedua, salat itu bisa mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Allah SWT berfirman:
وأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ
Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. (QS Al-Ankabut: 45)
Ketiga, salat adalah cahaya, sebagaiamana sabda Rasulullah Saw:
الطهور شطر الإيمان والحمد لله تملأ الميزان وسبحان الله والحمد لله تملأ ما بين السماء والأرض والصلاة نور
“Kebersihan itu adalah sebagian dari iman, al-hamdulillah memenuhi mizan, ucapan subhanallah dan alhamdulillah memenuhi jarak yang ada di antara langit dan bumi, shalat adalah cahaya…” [HR Muslim].
Yang keempat, salat adalah penghapus dosa. Dari Abi Hurairah r.a. bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda: Bagaimanakah pendapat kalian jika ada sebuah sungai di depan pintu salah seorang diantara kalian dan dia mandi padanya lima kali sehari, maka apakah akan ada daki yang tertinggal pada badannya? Para sahabat berkata: Tidak ada daki yang tertinggal pada jasadnya. Rasulullah Saw bersabda, “Itulah perumpamaan shalat lima waktu di mana Allah SWT menghapuskan dosa dengannya” [HR Bukhari dan Muslim].
Dan tentunya, kalau dosa-dosa kita sudah dihapus, maka yang tersisa adalah pahala atas salat-salat yang kita lakukan.
Yang kelima, orang yang salat adalah orang yang meraih kesuksesan di akhirat nanti. Sebagaimana firman Allah SWT:
الَّذِينَ    يُقِيمُونَ    الصَّلَوٰةَ    وَيُؤْتُونَ    الزَّكَوٰةَ    وَهُم    بِالْاٰخِرَةِ    هُمْ يُوقِنُونَ أُو۟لٰٓئِكَ    عَلَىٰ    هُدًى    مِّن    رَّبِّهِم    وَأُو۟لٰٓئِكَ    هُمُ    الْمُفْلِحُونَ
“Yang mendirikan shalat, menunaikan zakat dan yakin terhadap adanya akhirat, merekalah orang-orang yang berjalan di atas arahan Tuhan, merekalah orang yang sukses” (Luqman: 4-5).
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Demikianlah khutbah Jumat kali ini. Semoga bermanfaat. Kita berdoa semoga Allah SWT menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang patuh dan taat dalam menjalankan kewajiban salat, menghapus dosa-dosa kita dan meridhai semua langkah kita dan menjadikan kita orang-orang yang sukses di akhirat nanti dengan memasukkan kita kedalam surga-Nya. Aamin.
بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ.


[1] Khutbah Jumat di SMPN 6 Klender Jakarta Timur




Takwa Sebagai Pintu Kebahagiaan
Oleh:
H. Aip Aly Arfan, MA

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ  الذي أمرنا بالاعتصام بحبل الله المتين أشهد أن  لا إلَه إلا الله وحده لا شريك له الملك الحق المبين وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله صادق الوعد الأمين اللهم صل وسلم على سيدنا ومولانا محمد وعلى اله وأصحابه أجمعين.  أمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، أوصيكم ونفسي بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون ولقد قَالَ اللهُ تَعَالَى في كتابه الكريم:
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Sebagai sebuah negara, Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan sumber daya alamnya. Emas, ada. Minyak ada, batubara ada. Batu akik? O, jangan ditanya. Dll. Tanah Indonesia juga sangat subur, sehingga mau nanam apapun di Indonesia, pasti tumbuh, bahkan seperti kata Koes Ploes, tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Namun, negara yang sangat kaya ini bukan tidak memiliki masalah. Sebaliknya, masalah di Indonesia sangat banyak, dari masalah hukum sampai masalah politik. Dari masalah budaya hingga masalah agama. Sungguh ini semua merupakan pekerjaan rumah yang sangat sulit diselesaikan. Di antara masalah-masalah tersebut ada juga masalah ekonomi.
Nah, berbicara tentang ekonomi, apabila kita amati perkembangan ekonomi Indonesia belakangan ini, maka kita akan dapati banyaknya pembangunan gedung-gedung bertingkat maupun proyek-proyek  infrastruktur,seperti  jembatan, waduk dan jalan termasuk  di Jakarta. Di satu sisi, ini bisa dikatakan sebagai sesuatu yang positif, karena dengan itu semua dapat memudahkan para pelaku usaha dari mikro, kecil hingga besar dalam mengembangkan usaha mereka dan mendistribusikan produk-produk mereka sampai ke konsumen dengan waktu yang lebih cepat. Namun di sisi lain, ini menimbulkan pertanyaan di benak kita ketika ternyata dananya berasal dari utang luar negeri, apakah tidak ada jalan lain selain penambahan utang luar negeri kita yang sudah masuk kategori lampu merah  ini?  Sejak orde baru hingga lebih dari satu dekade masa reformasi, utang luar negeri  kita sudah mencapai lebih dari 4200 Triliyun. Sementara setiap tahunnya, Indonesia mengalami yang namanya defisit, termasuk tahun 2015 yang lalu. Kalau begini terus, ini kan namanya besar pasak daripada tiang. Kalau begini keadaan Indonesia dari tahun ke tahun, ganti pemerintahan berkali-kali, namun ekonomi kita juga tidak membaik dengan utang yang semakin menumpuk, maka bukan tidak mungkin masa depan Indonesia akan semakin curam. Keberkahan pun akan semakin jauh dari Indonesia.
Lalu, bagaimana kita dan anak cucu kita nanti akan membayar utang ini jika setiap pemerintah hanya mampu menambah utang dan tidak mampu membayarnya?
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Dari uraian khatib di atas, kita bisa simpulkan bahwa pembangunan fisik yang kita saksikan, terutama di kota-kota besar di Indonesia bukanlah tanda bahwa Indonesia ini semakin berkembang dan maju, bahkan sebaliknya. Dari hari ke hari, keadaan Indonesia semakin memburuk dan mundur ke belakang. Hal ini dalam pandangan khatib bisa terjadi disebabkan, salah satunya  oleh semakin jauhnya nilai-nilai agama dari kehidupan sebagian besar para pemimpin kita, baik yang ada di pemerintahan, maupun yang ada di parlemen. Karena para pemimpin kita sebagian besarnya beragama Islam, maka bisa dikatakan bahwa para pemimpin muslim kita, sebagian besarnya sudah jauh dari nilai-nilai Islam yang dianutnya. Bisa jadi mereka rajin salatnya, tapi dalam masalah sosial dan ekonomi, mereka lebih mengutamakan kepentingan pribadi dan keluarganya saja daripada kepentingan umat Islam yang dipimpinnya. Bisa jadi mereka berpuasa, zakat dan bahkan haji, tapi dalam masalah sosial dan ekonomi, mereka lebih mengutamakan kantong-kantong pribadi mereka dibandingkan dengan mengepulkan asap di dapur umat Islam yang dipimpinnya. Padahal sebagai pemimpin, mereka akan mempertanggungjawabkan kepemimpinan mereka di dunia ini.
كلكم راع وكلكم مسؤول عن رعيته

Dan sebagai muslim mereka juga harus peduli dengan kepentingan umat Islam yang lain, karena kalau tidak punya kepedulian, maka keislaman mereka dipertanyakan. Sebagaimana hadis Nabi Saw:
من  لم يهتم بأمر المسلمين فليس منهم
Namun, masalah bangsa kita, termasuk masalah ekonomi ini bukan tanggung jawab para pemimpin kita saja. Tapi tanggung jawab kita juga, umat Islam secara keseluruhan. Oleh karena itu, pertanyaannya adalah bagaimana sebagai umat Islam kita berperan dalam ikut menyelesaikan masalah ini agar bangsa kita menjadi bangsa yang penuh keberkahan di dalamnya.
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Dalam al-Quran surat al-A’raf ayat 96 Allah SWT berfirman:
096. Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
Dari ayat ini kita bisa mnyimpulkan bahwa Allah SWT akan membukakan pintu keberkahan bagi penduduk negeri, jika mereka beriman dan bertakwa kepada-Nya. Dan kalau pintu keberkahan tidak ada di Indonesia, ini bisa berarti penyebabnya adalah umat Islam di Indonesia belum beriman dan bertakwa kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya. Ibadah yang kita laksanakan selama bulan Ramadan kemarin dan pada tahun-tahun sebelumnya bisa jadi tidak membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan, yaitu mencapai derajat takwa. Tarawih kita, 0. Baca Quran kita 0. I’tikaf kita 0. Oleh karena itu, yuk di siang hari yang mulia ini, di hari yang penuh keberkahan ini, mari kita sama-sama mengintrospeksi diri kita untuk kemudian kita sama-sama pula berupaya untuk meningkatkan kadar ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan mengamalkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan kita sehari-hari, bukan hanya dalam bentuk ibadah formal saja, tetapi juga dalam bentuk ibadah sosial. Karena mungkin, puasa kita full, tapi bohong jalan terus. Atau mungkin kita rajin salat, tapi perilaku kita tidak baik ke tetangga. Selain itu, marilah kita berdoa kepada Allah SWT agar kita dapat meningkatkan kadar ketakwaan kita dan para pemimpin muslim kita diberikan petunjuk dan hidayah-Nya dan dapat menjalankan amanat yang diembannya dengan sebaik-baiknya demi kemakmuran dan keberkahan bersama, sehingga negara kita Indonesia menjadi negara yang disebutkan al-Quran sebagai baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Aamiiin..
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم ونفعني وأياكم بما فيه من الآيات والذكرالحكيم وتقبل مني ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم أقول قولي هذا وأستغفرالله العظيم يذكركم ولسائر المسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم




TUNTUNAN ISLAM DALAM MENDAPATKAN UANG[1]
Oleh:
H. Aip Aly Arfan, MA[2]

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ  الذي أمرنا بالاعتصام بحبل الله المتين أشهد أن  لا إلَه إلا الله وحده لا شريك له الملك الحق المبين وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله صادق الوعد الأمين اللهم صل وسلم على سيدنا ومولانا محمد وعلى اله وأصحابه أجمعين.  أمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، أوصيكم ونفسي بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون ولقد قَالَ اللهُ تَعَالَى في كتابه الكريم:
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Uang. Semua orang tahu tentang uang. Dari yang tua renta sampai yang balita, tahu tentang uang. Dari presiden sampai penjual permen, tahu yang namanya uang. Dari ibu negara sampai ibu rumah tangga tahu tentang uang. Bisa dikatakan, segala sesuatu memerlukan uang. Membeli kebutuhan pokok sehari-hari perlu uang. Untuk membeli beras, daging, ikan, susu, pakaian- perlu uang. Apalagi dengan kondisi saat ini di mana harga-harga barang dan kebutuhan naik. Dengan uang Anda bisa membiayai pendidikan anak, membayar biaya pengobatan, membayar tagihan listrik, telepon, air, membayar cicilan rumah, cicilan mobil, membeli sofa, tempat tidur, lemari, meja, kursi; dengan uang, Anda bisa menonton film, makan di restoran, menonton pagelaran musik klasik dan liburan ke luar negeri.
Dengan uang juga, kita bisa membeli mas, membeli tanah, membeli property dan berinvestasi. Dengan uang, kita bisa  berbisnis, membantu yatim piatu, orang sakit, dan orang susah. Bahkan untuk menyeimbangkan hidup jasmani dengan hidup rohani, kita memerlukan uang. Dengan uang, kita membeli Al-Quran, membeli buku-buku agama, bersedekah, zakat dan sebagainya.
Uang bukan hanya memenuhi kebutuhan primer, sekunder, tertier, sosial dan rohani, tetapi uang bisa juga mengangkat ego. Dengan memiliki uang, harga diri bisa terangkat, rasa percaya diri bertambah, berani mengeluarkan pendapat, berbicara di muka umum, dan berani mengambil tugas-tugas sosial.
Sebaliknya, bila tak punya uang orang bisa minder, rasa percaya diri bisa berkurang, bisa diam seribu bahasa dalam pertemuan dan tidak berani bicara; muncul rasa takut untuk terlibat pada aktifitas-aktifitas sosial. Pertanyaannya, adalah apakah sebagai umat Islam kita boleh mencari uang untuk memenuhi kebutuhan kita sehari-hari? Bagaimana cara mendapatkan uang dalam Islam? Dan bolehkah kita menghalalkan segala cara demi mendapatkan uang?
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Dalam ayat 10 surat al-Jumuah, Allah SWT berfirman:
010. Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.
Dikuatkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh imam Muslim,
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ وَهُوَ يَذْكُرُ الصَّدَقَةَ وَالتَّعَفُّفَ عَنْ الْمَسْأَلَةِ، الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى، وَالْيَدُ الْعُلْيَا الْمُنْفِقَةُ وَالسُّفْلَى السَّائِلَةُ (رواه مسلم.(
Dari Abdullah bin Umar ra bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda, pada saat beliau berkhutbah di atas mimbar, Beliau menyebut pentingnya sedekah dan tidak meminta-minta. "Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang dibawah. Tangan di atas adalah tangan pemberi sementara tangan yang di bawah adalah tangan peminta-minta."
Dalam hadis yang lain yang diriwayatkan oleh imam Bukhari, Rasulullah SAW bersabda:
مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ، حَتَّىٰ يَأْتِيَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَيْسَ فِيْ وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ
Seseorang senantiasa meminta-minta kepada orang lain sehingga ia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan tidak ada sepotong daging pun di wajahnya.
Dalam Hadis yang juga diriwayatkan oleh imam Bukhari, Nabi Muhammad SAW bersabda:
وَعَنِ الْمِقْدَادِ بْنِ مَعْدِيْكَرِبَ رَضِيَ الله عَنْهُ عَنِ النَبِيِّي صلى الله عليه و سلم قَالَ : مَا اَكَلَ اَحَدٌ طَعَامً قَطُّ خَيْرًا أَنْ يَأكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَإِنَّ نَبِيَّ اللهَ دَاؤُدَ كَانَ يَأكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ. )راوه البخاري(

Artinya: “Diriwayatkan dari Al-Miqdam r.a: Nabi SAW pernah bersabda, tidak ada makanan yang lebih baik dari seseorang kecuali makanan yang ia peroleh dari uang hasil keringatnya sendiri. Nabiyullah Daud as, makan dari hasil keringatnya sendiri”.
Dari ayat yang khatib bacakan tadi dan 3 (tiga) hadis setelahnya kita bisa menyimpulkan bahwa kita boleh mencari uang dan sangat dianjurkan oleh Islam bahkan bisa dikatakan wajib hukumnya. Islam bahkan mengecam tindakan meminta-minta dalam mendapatkan uang. Bekerja, itulah cara kita mendapatkan uang yang benar dalam Islam, bukan dengan meminta-minta.
Lalu, apakah kita dibenarkan bekerja dengan menghalalkan yang diharamkan Allah SWT? Tentu saja kita benar bekerja untuk mendapatkan uang tapi yang salah adalah ketika kita bekerja dengan menghalalkan segala cara dan menghalalkan yang diharamkan Allah SWT. Dalil yang terkait dengan itu sangat banyak, baik dari al-Quran maupun dari Hadis. Ironisnya, banyak umat Islam yang melakukan hal ini. Berniaga, tapi mengurangi timbangan, bekerja tapi korupsi, bekerja tapi menyalahgunakan wewenang dan jabatan. Karena uang, agama ditinggalkan. Karena uang, Iman dicampakkan. Dan karena uang, akhlak dikesampingkan. Bahkan, ada yang mau disuruh melakukan apa saja- tidak perduli apakah itu benar atau salah. Karena uang, ada yang mau menjadi penjilat, pura-pura bersikap sopan, tidak berani mengemukakan kritik, melakukan kejahatan, sampai membunuh. Na’uudzu billaah min dzaalik.
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Kenapa kita dilarang menghalalkan segala cara dalam mendapatkan uang? Sebabnya adalah karena ada kehidupan sesudah kehidupan di dunia ini. Ada akhirat setelah dunia. Tidak ada satu perbuatan pun yang akan luput dari pengadilan akhirat. Semua perbuatan kita di dunia akan berdampak di akhirat nanti.
Kehidupan duniawi yang semakin sekularistik, materialis dan hedonis memang menggoda kita untuk melakukan pelanggaran atas rel yang sudah digariskan Islam. Maka tidak heran kalau orang yang imannya kepada hari akhir tidak kuat, akan terseret dalam kehidupan menghalalkan segala cara dalam mendapatkan uang. Padahal kehidupan dan kesenangan dunia adalah gurauan dan permainan belaka yang memperdaya kita. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Aali Imran ayat 185:
185. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.
Oleh karena itu, pada kesempatan yang baik ini, di hari yang mulia ini. Mari kita sama-sama mengevaluasi diri kita. Introspeksi diri. Sudah kuatkah iman kita? Sudah kokohkah aqidah kita? Karena kita semua tahu, bahwa bangunan itu kalau kokoh pondasinya, maka akan kokoh pulalah bangunan itu, tapi kalo rapuh pondasinya, maka runtuhlah bangunannya. Begitu pula dengan Islam kita. Kalau kuat aqidah kita, kuat pula Islam kita. Sebaliknya, kalau melenceng iman kita, maka melenceng pula Islam kita.
Kita berdoa semoga Allah selalu memberikan kita hidayah-Nya dan menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang kuat iman dan aqidahnya sehingga kita menjadi orang-orang yang bertakwa kepada-Nya dengan tidak menghalalkan segala cara dalam mendapatkan uang. Aamiin yaa rabbal’aalamiin.


[1] Khutbah ini disampaikan pada tanggal 26 Juli 2019 di Masjid Al-Ihsan Klender Jakarta Timur
[2] Khatib adalah Dosen Sejarah dan Peradaban Islam  STAI Indonesia Jakarta



HIKMAH DARI HIJRAH NABI MUHAMMAD SAW KE MADINAH[1]
Oleh:
Aip Aly Arfan[2]
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Saat ini kita sudah memasuki tanggal 19 Muharram 1441 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 19 September 2019. Penannggalan Islam ini didasarkan pada peristiwa hijrah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya dari kota Mekah ke kota Madinah pada tahun kesepuluh kenabian, yaitu tahun 622 Masehi. karena perlakukan buruk dan kasar dari orang-orang kafir Quraisy yang tidak menginginkan agama Islam tersebar luas. Dengan hijrah ini dakwah Islam berangsur-angsur membaik dan peradaban Islam pun berjaya. Bertitik tolak dari hal ini, maka khutbah Jumat kali ini adalah tentang hikmah di balik peristiwa hijrah nabi Muhammad Saw dari Mekah ke Madinah.
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Sebelum membahas tentang hikmah di balik peristiwa hijrah ini, kita bahas dulu tentang definisi hijrah itu sendiri. Kata hijrah berasal dari Bahasa Arab, yang berarti meninggalkan, menjauhkan dari dan berpindah tempat. Secara terminologis, hijrah adalah kegiatan perpindahan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW bersama para sahabat beliau dari Mekah ke Madinah, dengan tujuan mempertahankan dan menegakkan risalah Allah, berupa aqidah dan syari’at Islam. Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah: 218.
 “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 218).
Pada ayat yang lain Allah tegaskan bahwa orang yang berhijrah itulah orang yang terbukti benar keimanannya:
“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia.” (QS. Al-Anfal: 74).
Maka dari itu, mereka yang berhijrah di jalan Allah adalah orang yang tinggi derajatnya dan termasuk orang yang mendapat kemenangan besar. Allah SWT berfirman:
 “Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (QS. At-Taubah: 20).
Dari definisi hijrah dan ayat-ayat di atas, kita dapat menyimpulkan beberapa hal berikut ini:
  1. Hijrah adalah perpindahan dari suatu keadaan yang buruk ke keadaan yang baik, dari tempat yang buruk ke tempat yang baik, juga dari pemikiran negatif ke pemikiran positif.
  2. Hijrah harus dilakukan atas dasar niat karena Allah dan tujuan mengharap rahmat dan keridhaan Allah.
  3. Orang-orang  beriman yang berhijrah dan berjihad dengan motivasi karena Allah dan tujuan untuk meraih rahmat dan keridhaan Allah, mereka itulah adalah mu’min sejati yang akan memperoleh pengampunan Allah, memperoleh  keberkahan rizki (nikmat) yang mulai, dan kemenangan di sisi Allah.
  4. Bahwa hijrah dan jihad dapat dilakukan dengan mengorbankan apa yang kita  miliki, termasuk  harta benda, bahkan jiwa.
Lalu apa saja hikmah yang bisa kita ambil dari peristiwa hijrah ini?
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
1.      Nabi Muhammad Saw ketika hijrah ke Madinah, yang pertama kali dibangun adalah masjid. Artinya apa? Artinya adalah kalo kita mau berubah dari yang buruk menjadi baik, atau kalo peradaban Islam mau bangkit, maju dan berjaya, maka yang harus kita lakukan adalah memulainya dari masjid sebagai simbol ibadah. Umat Islam harus memperbaiki salatnya. Kalo sebelumnya salatnya malas, kita harus rajin salat lima waktu sehari semalam. Klo sebelumnya jarang salat shubuh berjamaah, maka kita harus membiasakan salat shubuh berjamaah di masjid.
Selain untuk tempat ibadah, masjid juga menjadi tempat berbagai aktivitas penting lainnya, seperti politik dan ekonomi. Di sinilah pentingnya mengelola masjid dengan cara-cara profesional. Maka para pengurus masjid dalam DKM perlu mempelajari manajemen masjid yang profesional agar kemakmuran masjid benar-benar terwujud. 
2.      Ketika sampai di Madinah, nabi Muhammad Saw mempersatukan antara kaum muhajirin dan kaum Anshar. Kaum Muhajirin adalah umat Islam yang berhijrah dan Anshar adalah umat Islam yang tinggal di Madinah. Pada waktu itu, nabi mengokohkan ukhuwah di antara kaum Muhajirin dan Anshar. Kaum Anshar yang memiliki harta berbagi dengan kaum Muhajirin. Di sinilah pentingnya penguatan ukhuwah islamiyah. Maka kalo umat Islam mau bangkit, maju dan berjaya, maka kita harus memperkokoh ukuhuwah islamiyah kita. Singkirkan perbedaan dan kedepankan keimanan kita kepada Allah dan pemahaman bahwa kita adalah saudara dan jangan kita malah terpecah belah dan berantem satu sama lainnya. Dalam masalah belanja barang-barang, misalnya, kita sebaiknya lebih memprioritaskan belanja ke warung-warung muslim, meskipun, misalnya harganya lebih mahal. Toh mereka adalah saudara kita. Sebagaimana firman Allah
Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara.

3.      Di Madinah, nabi Muhammad Saw membangun pemerintahan yang didasari nilai-nilai Islam dan membawa kemaslahatan bukan hanya bagi umat Islam, tapi juga bagi masyarakat non muslim. Di sinilah pentingnya umat Islam memiliki pemimpin yang adil dan bijaksana. Maka kalo kita mau bangkit, maju dan berjaya, maka kita harus memperjuangkan terpilihnya para pemimpin yang adil dan bijaksana, seperti bapak Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta saat ini.
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Demikianlah khutbah Jumat kali ini. Semoga bermanfaat dan kita berdoa semoga kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari peristiwa hijrahnya Muhammad Saw dan dapat mengikuti jejak beliau dalam berhijrah. dan dengan masuknya kita di tahun baru Islam ini, mudah-mudahan bisa kita jadikan momentum untuk perubahan kondisi umat Islam ke arah yang lebih baik. Aamiin yaa Rabbal’aalamiin.



[1] Khutbah Jumat di Masjid Baiturrohman Kemayoran, Jakarta Pusat tanggal 20 September 2019
[2] Khatib adalah Dosen Sejarah dan Peradaban Islam di STAI Indonesia Jakarta




SUKSES DUNIA DAN AKHIRAT[1]
Oleh:
 H. Aip Aly Arfan, MA[2]

Sidang Jum’at yang dirahmati Allah!
Semua manusia di alam ini menginginkan kesuksesan, termasuk kita umat Islam. Ada yang menginginkan kesuksesan dalam belajarnya, atau kuliahnya, ada yang menginginkan kesuksesan dalam karirnya, ada yang menginginkan kesuksesan dalam usahanya, ada yang menginginkan kesuksesan dalam rumah tangga. Dan lain sebagainya. Hal ini tentunya wajar dan sangat manusiawi. Namun, sebagai umat Islam, kita diajarkan untuk percaya bahwa hidup bukanlah untuk di dunia ini saja. Tapi ada kehidupan lain selain di dunia ini, yaitu kehidupan di akhirat. Oleh karena itu, tujuan hidup kita pun ada dua, yaitu tujuan jangka pendek, yaitu di dunia ini dan tujuan jangka panjang di akhirat nanti. Dengan latar belakang di atas, maka kesuksesan yang ingin kita raih pun bukan hanya kesuksesan di dunia, tapi juga kesuksesan di akhirat. Pertanyaannya kemudian, bagaimana caranya agar kita sukses, baik di dunia, maupun di akhirat. Karena pentingnya jawaban atas pertanyaan ini, maka tema khutbah kita kali ini adalah sukses dunia dan akhirat.
Sidang Jum’at yang dirahmati Allah!
Berbicara tentang kesuksesan, tidak lengkap kiranya kalau tidak menyentuh masalah definisi kesuksesan itu sendiri. Dan berbicara masalah definisi, banyak sekali orang yang mendefinisikan kesuksesan. Ada yang mengatakan bahwa sukses itu jika memiliki harta berlimpah. Ada juga yang mengatakan bahwa sukses itu jika memiliki kedudukan yang tinggi, ada juga yang mengatakan bahwa sukses itu jika memiliki usaha dengan omset yang besar. Menurut khatib, definisi-definisi kesuksesan ini tidak salah, hanya saja kurang lengkap. Lalu, bagaimana definisi kesuksesan yang lengkap itu? Definisi kesuksesan yang lengkap menurut khatib adalah memiliki harta yang berlimpah dengan cara baik. Memiliki kedudukan yang tinggi dengan cara yang baik, atau memiliki usaha beromset besar dengan cara yang baik. Karena jika kesuksesan didapat dengan cara yang tidak baik, misalnya memiliki harta berlimpah dengan cara mengorupsi uang rakyat, itu bukanlah kesuksesan yang sebenarnya. Begitu juga dengan memiliki kedudukan yang tinggi dengan cara menyuap, itu bukanlah kesuksesan yang sebenarnya. Begitu pula dengan memiliki usaha beromset besar dengan cara menipu pelanggan, atau melakukan monopoli pasar, itu bukanlah kesuksesan yang sebenarnya. Oleh karena itu, kepada orang-orang seperti ini, kita tidak perlu mengacungi jempol, mengangkat topi maupun membungkukkan badan, tanda penghormatan, karena mereka adalah orang-orang yang membuat mayoritas rakyat di negeri kita tercinta ini terus sengsara.
Hadirin, sidang Jum’at yang dirahmati Allah!
Kesuksesan itu bukan dilihat dari banyaknya harta, tingginya kedudukan, atau pun omset yang besar. Kesuksesan itu dilihat dari bagaimana seseorang itu mendapatkan kekayaan, meraih jabatan atau melakukan usahanya, Apakah caranya baik atau tidak. Jadi, yang menjadi patokan seseorang itu dapat dikatakan sukses atau tidak adalah terletak pada akhlaknya. Semakin baik akhlak sesorang, semakin sukses ia, sebaliknya, semakin buruk akhlaknya, semakin gagallah ia. Kalau memang begitu definisi sukses yang sebenarnya, lalu bagaimana caranya agar kita berakhlak yang baik agar kita mendapatkan kesuksesan, baik di dunia maupun di akhirat?
Hadirin, sidang Jum’at yang dirahmati Allah!
Dalam Islam, banyak sekali yang bisa kita lakukan agar meraih kesuksesan di dunia dan akhirat, baik kita miskin, atau pun kaya, baik kita berkedudukan tinggi atau pun tidak. Di sini, khatib akan menguraikannya sebagian:
1.          Bertobat dengan sebenar-benarnya. Kalau kita pernah mengambil harta orang lain dengan cara yang haram, misalnya marilah sebisa mungkin kita mengembalikan harta tersebut kepada yang berhak dan kemudian kita berjanji untuk tidak mengulanginya. Atau, kalau kita pernah melakukan penyuapan agar pangkat, jabatan dan kedudukan kita tinggi, marilah kita bersedekah sebanyak-banyaknya dan berjanji tidak mengulanginya lagi.
2.          Banyak-banyak mengingat Allah Swt. Dengan banyak mengingat Allah, kita akan menjadi hamba-Nya yang istimewa. Caranya, bisa dengan melakukan ibadah-ibadah sunnah, seperti salat tahajjud, berpuasa senin kamis, membaca Al-Qur’an dan lain sebagainya.
3.          Bertawakal kepada Allah Swt. Marilah kita jadikan Allah Swt. sebagai sandaran hidup kita satu-satunya, karena hanya Allah lah yang patut kita sandarkan, bukan bos kita, bukan pejabat tinggi, dan bukan presiden.
4.          Berbuat adil kepada sesama manusia. Dalam pengertian, kita tidak membeda-bedakan yang satu dengan yang lain, karena semua sama di mata Allah Swt. Kalau kita seorang penegak hukum, sebagai hakim, polisi atau pengacara misalnya, marilah kita tegakkan hukum dengan seadil-adilnya tanpa melihat siapa yang melakukan kesalahan. Bukankah Nabi sendiri akan memotong tangan Fatimah, anaknya sendiri jika ia mencuri?
5.          Membantu orang yang membutuhkan. Membantu di sini bukan hanya dengan harta, tapi dengan pikiran dan tenaga juga dan nilainya sama antara yang membantu dengan harta dengan yang membantu dengan tenaga atau pikiran. Jadi, jangan berkecil hati jika kita miskin harta,  karena kita masih bisa membantu dengan tenaga dan pikiran kita.
6.          Menutup aib orang lain. Kata  Nabi Saw. Kalau kita menutup aib orang lain, maka aib kita akan ditutup di hari kiamat nanti. Untuk itu, marilah kita berpandangan positif, baik kepada diri sendiri, orang lain dan Tuhan dan tutuplah cela dan aib orang lain dan jangan mengumbar kejelekan orang lain agar aib dan cela kita, di hari kiamat nanti ditutup oleh Allah Swt.
Selain keenam hal di atas, yang paling penting untuk dilakukan adalah mempraktekkan kesemuanya itu dengan penuh keikhlasan, karena tanpa keikhlasan, semua yang kita lakukan akan sia-sia belaka. Semoga Allah Swt menganugerahkan kepada kita semua kemampuan untuk melakukan ketujuh hal di atas agar kita semua meraih kesuksesan yang sebenarnya, baik di dunia maupun di akhirat nanti. Amin.



[1] Khutbah Jumat di Masjid Al-Ihsan Klender Jakarta Timur pada tanggal  18 Januari 2020

[2] Dosen Sejarah dan Peradaban Islam STAI Indonesia Jakarta



KIAT MENGHADAPI WABAH VIRUS CORONA[1]
Oleh:
H. Aip Aly Arfan, MA[2]
Hadirin Sidang Jum’at yang dirahmati Allah!
Saat ini dunia sedang dilanda wabah virus Corona, termasuk di Indonesia. Meskipun tidak separah negera Italia dan Spanyol, virus ini sudah memakan korban meninggal dunia. Hal ini bisa kita kategorikan sebagai sebuah bencana. Dari latar belakang ini, maka khutbah Jumat kali ini mengambil judul Kiat Menghadapi wabah virus Corona. Pertanyaannya adalah Apa itu virus Corona? Dan bagaimana kiat kita sebagai umat Islam dalam menghadapi wabah ini?

Hadirin Sidang Jum’at yang dirahmati Allah!
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), virus corona adalah adalah kelompok virus yang umumnya menjangkiti hewan. Hanya dalam kasus yang jarang terjadi dapat ditularkan pada hewan ke manusia, seperti yang terjadi di Wuhan, China.
Virus corona dapat membuat orang sakit pneumonia Wuhan atau pneumonia China. Penyakit ini berbeda dengan jenis pneumonia biasa karena jenis virus yang berbeda pula.
Bagian tubuh yang terserang biasanya adalah saluran pernapasan atas ringan hingga sedang, mirip seperti flu biasa.  Gejala-gejala yang muncul meliputi pilek, batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan demam. Untuk demam, yang membedakannya dengan gejala penyakit lainnya adalah waktu serangan atau inkubasinya yang lebih lama, yaitu mencapai 14 hari.
WHO menyatakan virus dapat menyebar dari kontak manusia dengan hewan dan manusia dengan manusia. Hingga saat ini belum diketahui hewan apa yang menyebarkan virus tersebut. Dugaan sementara mengarah pada ular dan kelelawar.
Lalu, apa kiat kita sebagai umat Islam dalam menghadapi wabah virus Corona ini?
Hadirin Sidang Jum’at yang dirahmati Allah!
Pertama: Tawakkal kepada Allah
Setiap muslim hendaknya pasrah dan tawakkal kepada Allah. Ingatlah segala sesuatu atas kuasa Allah dan sudah menjadi takdir-Nya. Ayat-ayat dan hadits-hadits berikut jadi renungan kita.
Dalil pertama,
مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”  (QS. At-Taghabun: 11)
Dari Abul ‘Abbas ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ
Ketahuilah apabila semua umat berkumpul untuk mendatangkan manfaat kepadamu dengan sesuatu, maka mereka tidak bisa memberikan manfaat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan seandainya mereka pun berkumpul untuk menimpakan bahaya kepadamu dengan sesuatu, maka mereka tidak dapat membahayakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan bagimu. Pena-pena (pencatat takdir) telah diangkat dan lembaran-lembaran (catatan takdir) telah kering.” (HR. Tirmidzi, dan ia berkata bahwa hadits ini hasan shahih).
Kedua: Menjaga aturan Allah
Ingatlah kalau kita menjaga aturan Allah memerhatikan perintah dan menjauhi larangan, pasti Allah akan menjaga kita pula.
Dalam nasihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma disebutkan,
احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ،
Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu.” (HR. Tirmidzi, no. 2516; Ahmad, 1:293; Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, 14:408. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
 Ketiga: Ingatlah keadaan seorang mukmin antara bersyukur dan bersabar
Dari Shuhaib, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)
Keempat: Lakukan ikhtiar dan sebab
Lakukanlah sebab dan lakukan berbagai upaya uintuk mengobati penyakit. Berobat dan mencari sebab tidaklah bertentangan dengan tawakkal.
Dalam hadits disebutkan tentang khasiat kurma,
مَنْ تَصَبَّحَ بِسَبْعِ تَمَرَاتٍ عَجْوَةً لَمْ يَضُرَّهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ سُمٌّ وَلاَ سِحْرٌ
Barangsiapa di pagi hari memakan tujuh butir kurma ajwa, maka ia tidak akan terkena racun dan sihir pada hari itu.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 5779 dan Muslim no. 2047).
Untuk menghadapi wabah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan dalam hadits dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
إِذَا سَمِعْتُمُ الطَّاعُونَ بِأَرْضٍ، فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأرْضٍ، وأنْتُمْ فِيهَا، فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا. متفق عَلَيْهِ
Apabila kalian mendengar wabah tha’un melanda suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Adapun apabila penyakit itu melanda suatu negeri sedang kalian ada di dalamnya, maka janganlah kalian keluar dari negeri itu.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Kelima: Perkuat diri dengan dzikir, terutama sekali rutinkan dzikir pagi dan petang.
Dari ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ عَبْدٍ يَقُولُ فِي صَبَاحِ كُلِّ يَوْمٍ وَمَسَاءِ كُلِّ لَيْلَةٍ : بِسْمِ اللهِ الَّذِي لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ العَلِيمُ ، ثَلاثَ مَرَّاتٍ ، إِلاَّ لَمْ يَضُرَّهُ شَيْءٌ
Tidaklah seorang hamba mengucapkan setiap pagi dari setiap harinya dan setiap petang dari setiap malamnya kalimat: BISMILLAHILLADZI LAA YADHURRU MA’ASMIHI SYAI-UN FIL ARDHI WA LAA FIS SAMAA’ WA HUWAS SAMII’UL ‘ALIIM (dengan nama Allah Yang dengan nama-Nya tidak ada sesuatu pun yang membahayakan di bumi dan tidak juga di langit, dan Dialah Yang Maha Mendegar lagi Maha Mengetahui) sebanyak tiga kali, maka tidak aka nada apa pun yang membahayakannya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih). [HR. Abu Daud, no. 5088; Tirmidzi, no. 3388; Ibnu Majah, no. 3388. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan].
Disebutkan dalam hadits dari Abu Mas’ud Al-Badri radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَرَأَ بِالآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِى لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ
Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada malam hari, maka ia akan diberi kecukupan.” (HR. Bukhari no. 5009 dan Muslim no. 808)
Juga ada anjuran membaca surah Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas.
وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ خُبَيْبٍ – بِضَمِّ الخَاءِ المُعْجَمَةِ – – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – قَالَ : قَالَ لِي رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : (( اقْرَأْ : قُلْ هُوَ اللهُ أحَدٌ ، والمُعَوِّذَتَيْنِ حِيْنَ تُمْسِي وَحِينَ تُصْبحُ ، ثَلاثَ مَرَّاتٍ تَكْفِيْكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ )) . رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ وَالتِّرْمِذِي ، وَقاَلَ : حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ.
‘Abdullah bin Khubaib (dengan mendhammahkan kha’ mu’jamah) radhiyallahu ‘anhu, berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamberkata kepadaku, ‘Bacalah: Qul huwallahu ahad (surah Al-Ikhlash) dan Al-Mu’awwidzatain (surah Al-Falaq dan An-Naas) saat petang dan pagi hari sebanyak tiga kali, maka itu mencukupkanmu dari segala sesuatunya.” (HR. Abu Daud, no. 5082 dan Tirmidzi, no. 3575. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih).
Ini juga bacaan yang terkandung permohonan perlindungan secara sempurna dari berbagai mara bahaya, dibaca sekali ketika pagi dan petang:
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِى وَآمِنْ رَوْعَاتِى. اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ
 (HR. Abu Daud no. 5074 dan Ibnu Majah no. 3871. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih).
Hadirin Sidang Jum’at yang dirahmati Allah!
Demikian khutbah Jumat kali ini. Semoga bermanfaat. Dan semoga kita termasuk hamba-hamba-Nya yang bersabar dalam menghadapi wabah virus ini. Dan semoga Allah SWT mengampuni segala dosa-dosa kita dan menjadikan kita hambanya yang pandai bersyukur. Aamiin.


[1] Khutbah Jumat di Masjid Al-Ihsan Klender Jakarta Timur pada tanggal  1 Maret 2020

[2] Dosen Sejarah dan Peradaban Islam STAI Indonesia Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar