MAKNA KEBAHAGIAAN
DALAM PANDANGAN ISLAM[1]
Oleh:
H. Aip Aly Arfan, MA[2]
الْحَمْدُ لِلَّهِ الْمَحْمُوْدِ عَلَى كُلِّ
حَالٍ، أَحْمَدُهُ سُبْحَاَنَهُ وَهُوَ اَلْمَوْصُوْفِ بِصِفَاتِ الْجَلاَلِ وَالْكَمَالِ
أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَشَرِيْكَ لَهُ ذُو الْعَظَمَةِ وَالْجَلاَلِ وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْمَقَالِ. اَللَّهُمَّ
صَلِّ وسلم عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ خَيْرِ صَحْبٍ
وَآلٍ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كثيرا. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ،
اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى حَقَّ تُقَاتِهِ، حَيْثُ قَالَ اللهُ تَعَالَى:
يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ
تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Sebagai manusia, tentunya kita semua menginginkan
kebahagiaan, apakah kita seorang petani,
guru, karyawan swasta, PNS, atau pejabat pemerintahan, anggota DPR, dll. Dan
sebagai umat Islam, kebahagiaan yang kita inginkan bukan hanya di dunia, tapi
juga di akhirat. Berbicara tentang kebahagiaan, ada orang yang bahagia di
dunia, tapi sengsara di akhirat. Begitu juga sebaliknya, ada yang bahagia di
akhirat, namun di dunia sengsara. Bahkan ada yang sengsara di dunia dan
sengsara di akhirat. Na’uzubillah min dzalik. Semoga kita semua termasuk
orang-orang yang bahagia di dunia dan akhirat. Aamiin Yaa rabbal’aalaminn.
Pertanyaannya adalah siapakah orang yang bahagia dalam pandangan Islam? dan bagaimana
cara kita mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat nanti?
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Banyak orang yang mengatakan bahwa bahagia itu pada
saat seseorang meraih apa yang diimpikan dan dicita-citakannya. Dan memang, orang yang impian atau
cita-citanya tercapai pasti akan merasa senang. Mendapatkan beasiswa, senang.
Naik pangkat, senang. Usaha lancar, senang. Punya perusahaan besar, senang.
Tapi perasaan senang berbeda dengan perasaan bahagia, karena di dalam
kebahagiaan ada kepuasan dan kebermaknaan di dalamnya. Ada juga yang menghubungkan kebahagiaan
dengan kekayaan, seperti uang, mobil dan rumah. Mereka mengatakan bahwa uang
banyak itu membahagiakan. Mobil mewah itu membahagiakan. Rumah mewah itu
membahagiakan. Tapi kenyataannya tidak semua orang merasa bahagia dengan itu
semua. Banyak orang yang memiliki simpanan deposito di Bank, tapi tetap tidak
bahagia karena terus memikirkan bagaimana menambah jumlahnya. Betapa banyak
yang memiliki mobil mewah, tetapi tidak bahagia karena merasa ingin terus
menggantinya dengan yang lebih mewah lagi. Betapa banyak orang yang memiliki
rumah megah dengan kolam renang besar di dalamnya tidak bahagia karena merasa
bosan dan ingin memiliki rumah mewah yang lain. Begitu seterusnya. Karena apa?
Karena keinginan manusia itu tidak ada habisnya. Di sinilah peran Islam sebagai
sebuah agama dan jalan hidup manusia yang memberikan jawaban tentang arti
bahagia, bahwa yang membuat seseorang itu bahagia bukan kesuksesan-kesuksesan atau
harta dan kekayaan tapi hati dan jiwa yang kaya. Inilah sebabnya mengapa banyak
orang berpenghasilan sedikit, tapi bahagia. Tidak punya mobil mewah tapi
bahagia dan tidak memiliki rumah megah, tapi bahagia. Karena kalau hati
seseorang sudah merasa puas diri, yang dalam bahasa Arabnya memiliki sifat
qana’ah dan jiwanya kaya, maka tidak ada masalah baginya apakah pangkatnya naik
atau tidak, memiliki banyak uang atau tidak. Apakah punya mobil mewah atau
tidak. Apakah punya rumah megah atau tidak, dan seterusnya. Bahkan, tidak ada
masalah baginya jika tertimpa suatu musibah, terkena bencana, berpenyakit parah
dan lain sebagainya. Sebagaimana hadis nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh imam Bukhari
dan Muslim:
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ،
وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
“Kaya yang hakiki
itu bukan dengan
banyaknya kemewahan dunia. Namun kaya yang hakiki adalah kaya hati.”
Dan kaya hati inilah yang
membuat seseorang bahagia. Sebaliknya, miskin hati akan membuat orang sengsara.
Orang miskin hati bisa mengumpulkan harta tanpa memedulikan halal
atau haram. Tidak jarang mereka berani menipu dalam bisnis, mengurangi
timbangan, mencuri, dan korupsi. Inilah kemiskinan yang hakiki. Harta
berlimpah, tapi tidak
pernah merasa puas dan cukup dengan yang
sudah didapatkannya.
Tapi ini
bukan berarti kita tidak boleh menjadi orang kaya. Islam tidak melarang orang yang ingin kaya. Pertanyaannya adalah, bagaimana cara menjadi
orang kaya harta sekaligus memiliki hati dan jiwa yang kaya?
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Agar
memiliki hati yang kaya, maka kita harus: Pertama, tidak melihat pada
harta orang lain. Allah SWT berfirman dalam surat Thaha ayat 131:
131. Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada
apa yang telah Kami berikan kepada sebagian dari mereka, sebagai bunga kehidupan
dunia untuk Kami uji mereka dengan itu. Dan karunia Tuhan kamu itu lebih baik
dan lebih kekal.
Kedua, puas
dengan pembagian rezeki dari Allah. Kita harus bekerja untuk meraih kekayaan, tentunya
dengan cara-cara yang diridhoi oleh Allah SWT,
jujur dan bertanggung jawab. Setelah itu, kita merasa cukup, puas dan
ridla dengan rizki yang Allah SWT berikan kepada kita, meskipun rezeki yang
kita dapatkan hanya cukup untuk sehari saja. Dengan dua hal inilah kita menjadi
kaya hati. Sebagaimana hadis nabi Muhammad SAW dari
’Ubaidillah bin Mihshan Al Anshary:
مَنْ
أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِى سِرْبِهِ مُعَافًى فِى جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ
يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
Barang siapa yang hidup tenteram dan aman dalam lingkungannya (diri, keluarga dan masyarakatnya, sehat jasmaninya, dan memiliki makanan cukup untuk
sehari itu, maka dunia
seakan telah dimilikinya.
(HR Tirmidzi dan Ibn
Majah).
Dalam hadis yang lain, Rasulullah SAW bersabda: “… Ridlalah
(terimalah) rezeki yang Allah tetapkan bagimu, maka kamu akan menjadi orang
yang paling kaya (merasa kecukupan).” (HR at-Tirmidzi)
Imam Nawawi rahimahullah
berkata,
مَنْ كَانَ طَالِبًا لِلزِّيَادَةِ لَمْ يَسْتَغْنِ بِمَا مَعَهُ فَلَيْسَ
لَهُ غِنًى
”Siapa yang
terus ingin menambah dan menambah lalu tidak pernah merasa cukup atas apa yang
Allah beri, maka ia tidak disebut kaya hati.” (Syarh Shahih Muslim, 7:
140).
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Demikian khutbah Jumat kali ini, semoga bermanfaat dan
mari kita berdoa semoga semua termasuk kedalam golongan orang-orang yang kaya
hati yang pada akhirnya kita semua bahagia dan dimasukkan kedalam surga oleh
Allah SWT. Aamiin.
Yaa Allah Ya ghafuur..Ampunilah dosa-dosa kami, dan
dosa orang-orang tua kami sebagaimana mereka telah mendidik kami sewaktu kami
kecil.
Yaa Allah Ya Syakuur..Bantulah diri kami agar dapat
mensyukuri segala nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepada kami dan
jadikanlah kami orang-orang yang tunduk dan patuh kepada-Mu.
Yaa Allah Ya Shabuur. Karuniakanlah kepada kami
kecintaan kepada kesabaran dan jadikanlah kami orang-orang yang sabar.
Yaa Allah Ya.Kariim..Ridhoilah kami dan masukkanlah
kami kedalam surga-Mu,
Yaa Allah Ya Mujiibadda’awat. Kabulkanlah permohonan
kami ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar