Urgensi Iman dan Politik dalam Islam



URGENSI IMAN DAN POLITIK DALAM ISLAM[1]
Oleh:
H. Aip Aly Arfan, MA[2]

Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Beberapa waktu yang lalu, di Indonesia telah terjadi penistaan terhadap agama Islam yang dilakukan oleh Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok, Gubernur DKI Jakarta dalam suatu pernyataannya di Kepulauan Seribu. Penistaan agama ini melahirkan protes dari kalangan umat Islam dengan melakukan aksi damai di Jakarta pada 4 November 2016 yang lalu. Bukan hanya di Jakarta, aksi damai ini juga dilakukan di berbagai daerah di Indonesia bahkan di penjuru dunia, termasuk di Australia dan Amerika.
Bertitik tolak dari kasus ini, pada kesempatan yang berbahagia ini khatib akan membahas masalah yang sangat berkaitan dengan Islam, yaitu tentang urgensi iman dan politik.
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Seperti sama-sama kita ketahui bahwa aksi damai Jumat tanggal 4 November 2016 yang lalu merupakan aksi damai terbesar sepanjang sejarah Indonesia. Kalau diajukan ke MURI  mungkin akan mendapatkan rekor MURI. Pertanyaannya adalah apa yang membuat peserta aksi damai ini begitu besar? Tentu bukan karena seseorang atau tokoh. siapa yang mampu mengkonsolidasikan jutaan umat ini? Bukan juga karena dibayar. Karena kenyataan di lapangan, umat Islam saling bahu membahu dan bergotong royong dan saling berlomba dalam menyiapkan makanan bahkan tempat bermalam untuk para peserta aksi secara swadaya dan dari kantong mereka sendiri. Yang mampu menggerakkan itu semua adalah iman. Karena kalo iman sudah bicara, tidak ada satu hal pun yang akan memberatkan. Kalo iman sudah bicara, yang jauh akan terasa dekat. Kalo iman sudah bicara, yang pahit akan terasa manis. Kalo iman sudah bicara, jangankah harta benda, nyawa pun akan diserahkan. Kalau kata Zainuddin MZ, kalau iman sudah bicara, penjara bisa lebih indah dari istana, bahkan tali gantungan laksana lambaian tangan bidadari. Inilah yang terjadi ketika agama kita dilecehkan. Agama kita direndahkan. Dan alhamdulillah, dari kejadian ini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa iman kita masih kuat. Aqidah kita masih kokoh. Dan tentunya harus terus kita pertahankan hingga akhir hayat nanti. Di sinilah pentingnya iman dalam Islam. Karena apa? Karena dalam Islam, iman tidak cukup diucapkan dengan lisan dan ditetapkan di dalam hati, tapi juga harus dibuktikan dengan amal perbuatan.
Meskipun begitu, perjuangan kita belum selesai. Karena kita masih harus menunggu hasil pemeriksaan polisi, apakah Ahok akan menjadi tersangka yang kemudian dipenjara? Ataukah sebaliknya, dia akan dinyatakan tidak bersalah. Kalau yang pertama yang terjadi, kita bisa menarik napas lega, tapi kalau kedua yang terjadi, maka inilah saatnya ujian keimanan kita berikutnya. Apakah iman kita masih kuat? Apakah aqidah kita masih kokoh?
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Dalam al-Quran surat al-Fath ayat 29 Allah SWT berfirman:
029. Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu'min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.
Dari ayat ini kita lihat bahwa para sahabat Nabi Muhammad Saw sebagai orang-orang beriman bersikap keras kepada orang-orang kafir dan lemah lembut kepada kepada sesamanya. Dan itulah sikap yang perlu kita lakukan dalam menangani masalah penistaan agama ini. Yang menjadi masalah adalah ketika ada sebagian orang beriman bersikap sebaliknya, yaitu bersikap lemah lembut kepada orang kafir dan penuh curiga dan syak wasangka kepada sesama orang beriman. Lemah lembut kepada Ahok yang kafir bahkan membela mati-matian, sedangkan kepada umat Islam, bahkan kepada para ulama justeru bersikap keras bahkan merendahkan. Semoga kita dijauhkan dari sifat yang seperti ini. Aamiiin Yaa Rabbal ‘aalamiiin.
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Selain iman, yang juga penting dalam kaitannya dengan Islam adalah masalah politik. Kasus yang membuat umat Islam melaksanakan aksi damai Jumat yang lalu adalah kasus penistaan agama. Jadi tidak ada hubungannya dengan masalah pilkada DKI dan tidak ada kaitannya dengan politik. Ini murni masalah hukum dan tidak ada kaitannya dengan SARA dan anti China. Meskipun begitu, bukan berarti kasus ini tidak memiliki dampak politik, bahkan bisa dikatakan, dampaknya terhadap politik sangat besar. Tapi bukan berarti kita tidak perlu melakukan aksi damai, bahkan sebaliknya, karena dampak politiknya sangat besar, maka kita sebagai umat Islam harus terus mengawal kasus ini sampai tuntas. Apa sebabnya? Karena dalam Islam, bersikap politis juga merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Tapi bukan politik yang menghalalkan segala cara, tapi politik yang santun, politik yang beradab, yang tidak menyimpang dari nilai-nilai Islam itu sendiri. Inilah yang diajarkan oleh Nabi dan para sahabatnya.
Oleh karena itu, dalam kasus Ahok ini, kalau kalau hasil pengadilan nanti Ahok divonis bebas, yang kita perlu lakukan adalah memperkokoh ikatan ukhuwah islamiyah kita dengan berpegang teguh pada tali agama Allah SWT sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ali Imran ayat 103 yang khatib baca di awal khutbah ini:
103. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
Setelah itu, mari kita kembali ke jalan, melakukan aksi damai kembali, dengan jumlah massa yang lebih besar lagi dengan tuntutan yang sama. Dan kalau tuntutan kita tidak dipenuhi, ini berarti presiden Jokowi telah melindungi penista agama. Dan siapa pun yang melindungi penista agama, berarti dia juga telah melakukan penistaan agama. Pertanyaannya kemudian, apakah kita rela dipimpin oleh presiden yang menistakan agama kita?
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Di akhir khutbah ini, marilah kita sama-sama berdoa kepada Allah SWT agar kita semua diberikan rahmat dan kasih sayang-Nya. Juga kita berdoa agar para pemimpin kita diberikan hidayah oleh Allah SWT dan dapat menyelesaikan masalah-masalah yang ada di negeri ini dengan sebaik-baiknya untuk kepentingan umat Islam khususnya dan untuk kepentingan masyarakat Indonesia pada umumnya. Dan semoga negeri kita Indonesia ini menjadi negeri yang baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafuur. Aamiin yaa rabbal ‘aalamiin.
KHUTBAH KEDUA
اللهما أصلح ولاة أمورنا وفقههم لما فيه صلاحهم وصلاح الإسلام والمسلمين. اللهم أعنهم على القيام بمهامهم كما أمرتهم يا رب العالمين. واهدنا واهدهم إلى صراطك المستقيم. ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار.


[1] Khutbah Jumat di Masjid al-Ikhlas, Puri Nusaphala, Jatisari, Jati Asih Bekasi Jawa Barat pada tanggal 11 November 2016.
[2] Khatib adalah Dosen Sejarah Peradaban Islam dan Kaprodi PAI STAI Indonesia Jakarta.

Takwa Sebagai Pintu Kebahagiaan




Takwa Sebagai Pintu Kebahagiaan[1]
Oleh:
H. Aip Aly Arfan, MA[2]

Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Sebagai sebuah negara, Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan sumber daya alamnya. Emas, ada. Minyak ada, batubara ada. Batu akik? O, jangan ditanya. Dll. Tanah Indonesia juga sangat subur, sehingga mau nanam apapun di Indonesia, pasti tumbuh, bahkan seperti kata Koes Ploes, tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Namun, negara yang sangat kaya ini bukan tidak memiliki masalah. Sebaliknya, masalah di Indonesia sangat banyak, dari masalah hukum sampai masalah politik. Dari masalah budaya hingga masalah agama. Sungguh ini semua merupakan pekerjaan rumah yang sangat sulit diselesaikan. Di antara masalah-masalah tersebut ada juga masalah ekonomi.
Nah, berbicara tentang ekonomi, apabila kita amati perkembangan ekonomi Indonesia belakangan ini, maka kita akan dapati banyaknya pembangunan gedung-gedung bertingkat maupun proyek-proyek  infrastruktur,seperti  jembatan, waduk dan jalan termasuk  di Jakarta. Di satu sisi, ini bisa dikatakan sebagai sesuatu yang positif, karena dengan itu semua dapat memudahkan para pelaku usaha dari mikro, kecil hingga besar dalam mengembangkan usaha mereka dan mendistribusikan produk-produk mereka sampai ke konsumen dengan waktu yang lebih cepat. Namun di sisi lain, ini menimbulkan pertanyaan di benak kita ketika ternyata dananya berasal dari utang luar negeri, apakah tidak ada jalan lain selain penambahan utang luar negeri kita yang sudah masuk kategori lampu merah  ini?  Sejak orde baru hingga lebih dari satu dekade masa reformasi, utang luar negeri  kita sudah mencapai lebih dari 4200 triliyun. Sementara setiap tahunnya, Indonesia mengalami yang namanya defisit, termasuk tahun 2015 yang lalu. Kalau begini terus, ini kan namanya besar pasak daripada tiang. Kalau begini keadaan Indonesia dari tahun ke tahun, ganti pemerintahan berkali-kali, namun ekonomi kita juga tidak membaik dengan utang yang semakin menumpuk, maka bukan tidak mungkin masa depan Indonesia akan semakin curam. Keberkahan pun akan semakin jauh dari Indonesia.
Lalu, bagaimana kita dan anak cucu kita nanti akan membayar utang ini jika setiap pemerintah hanya mampu menambah utang dan tidak mampu membayarnya?
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Dari uraian khatib di atas, kita bisa simpulkan bahwa pembangunan fisik yang kita saksikan, terutama di kota-kota besar di Indonesia bukanlah tanda bahwa Indonesia ini semakin berkembang dan maju, bahkan sebaliknya. Dari hari ke hari, keadaan Indonesia semakin memburuk dan mundur ke belakang. Hal ini dalam pandangan khatib bisa terjadi disebabkan, salah satunya  oleh semakin jauhnya nilai-nilai agama dari kehidupan sebagian besar para pemimpin kita, baik yang ada di pemerintahan, maupun yang ada di parlemen. Karena para pemimpin kita sebagian besarnya beragama Islam, maka bisa dikatakan bahwa para pemimpin muslim kita, sebagian besarnya sudah jauh dari nilai-nilai Islam yang dianutnya. Bisa jadi mereka rajin salatnya, tapi dalam masalah sosial dan ekonomi, mereka lebih mengutamakan kepentingan pribadi dan keluarganya saja daripada kepentingan umat Islam yang dipimpinnya. Bisa jadi mereka berpuasa, zakat dan bahkan haji, tapi dalam masalah sosial dan ekonomi, mereka lebih mengutamakan kantong-kantong pribadi mereka dibandingkan dengan mengepulkan asap di dapur umat Islam yang dipimpinnya. Padahal sebagai pemimpin, mereka akan mempertanggungjawabkan kepemimpinan mereka di dunia ini.
كلكم راع وكلكم مسؤول عن رعيته

Dan sebagai muslim mereka juga harus peduli dengan kepentingan umat Islam yang lain, karena kalau tidak punya kepedulian, maka keislaman mereka dipertanyakan. Sebagaimana hadis Nabi Saw:
من  لم يهتم بأمر المسلمين فليس منهم
Namun, masalah bangsa kita, termasuk masalah ekonomi ini bukan tanggung jawab para pemimpin kita saja. Tapi tanggung jawab kita juga, umat Islam secara keseluruhan. Oleh karena itu, pertanyaannya adalah bagaimana sebagai umat Islam kita berperan dalam ikut menyelesaikan masalah ini agar bangsa kita menjadi bangsa yang penuh keberkahan di dalamnya.
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Dalam al-Quran surat al-A’raf ayat 96 Allah SWT berfirman:
096. Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
Dari ayat ini kita bisa mnyimpulkan bahwa Allah SWT akan membukakan pintu keberkahan bagi penduduk negeri, jika mereka beriman dan bertakwa kepada-Nya. Dan kalau pintu keberkahan tidak ada di Indonesia, ini bisa berarti penyebabnya adalah umat Islam di Indonesia belum beriman dan bertakwa kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya. Ibadah yang kita laksanakan selama bulan Ramadan kemarin dan pada tahun-tahun sebelumnya bisa jadi tidak membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan, yaitu mencapai derajat takwa. Tarawih kita, 0. Baca Quran kita 0. I’tikaf kita 0. Oleh karena itu, yuk di siang hari yang mulia ini, di hari yang penuh keberkahan ini, mari kita sama-sama mengintrospeksi diri kita untuk kemudian kita sama-sama pula berupaya untuk meningkatkan kadar ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan mengamalkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan kita sehari-hari, bukan hanya dalam bentuk ibadah formal saja, tetapi juga dalam bentuk ibadah sosial. Karena mungkin, puasa kita full, tapi bohong jalan terus. Atau mungkin kita rajin salat, tapi perilaku kita tidak baik ke tetangga. Selain itu, marilah kita berdoa kepada Allah SWT agar kita dapat meningkatkan kadar ketakwaan kita dan para pemimpin muslim kita diberikan petunjuk dan hidayah-Nya dan dapat menjalankan amanat yang diembannya dengan sebaik-baiknya demi kemakmuran dan keberkahan bersama, sehingga negara kita Indonesia menjadi negara yang disebutkan al-Quran sebagai baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Aamiiin..
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم ونفعني وأياكم بما فيه من الآيات والذكرالحكيم وتقبل مني ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم أقول قولي هذا وأستغفرالله العظيم يذكركم ولسائر المسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم


[1] Khutbah Jumat di Masjid al-Ihsan Klender Jakarta Timur pada tanggal 22 Juli 2016.
[2] Khatib adalah Kaprodi PAI Sekolah Tinggi Agama Islam Indonesia  (STAIINDO) Jakarta.