BURUH DALAM
PANDANGAN ISLAM*)
Oleh: H. Aip Aly Arfan, MA*))
Kaum muslimin yang dirahmati Allah!
Segala puji bagi Allah SWT atas segala
nikmat yang telah dikaruniakan-Nya kepada kita semua, terutama nikmat iman dan
Islam serta nikmat kesehatan. Salawat dan salam semoga dilimpahkan kepada nabi
Muhammad Saw, keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang teguh berada di
jalan Islam hingga akhir zaman. Marilah kita sama-sama meningkatkan ketakwaan
kita kepada Allah SWT dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi apa
yang dilarang-Nya.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah!
Hari ini adalah tanggal 8 Mei 2015 tepat seminggu setelah 1 Mei yang
yang ditetapkan sebagai hari buruh internasional. Di mana-mana di seluruh
penjuru dunia, memperingati hari buruh ini, termasuk di Indonesia yang
memperingatinya dengan pengerahan massa secara besar-besaran dalam unjuk rasa,
bahkan sejak sehari sebelumnya. Tapi kalau
berbicara tentang buruh, setiap tahun diperingati, masalahnya seakan tidak
pernah tuntas. Selalu saja ada masalah. Dari masalah gaji atau honor yang tidak
dibayarkan sesuai dengan upah minimum, penyiksaan buruh yang dilakukan oleh
majikannya hingga masalah undang-undang yang tidak berpihak kepada kepentingan buruh. Eksistensinya
pun sering tidak dianggap, padahal di dunia ini semua bentuk pembangunan pasti
melibatkan buruh. Pembangunan gedung-gedung bertingkat, jalan raya, jembatan,
rumah sakit, sekolah, masjid dan lain-lain selalu melibatkan buruh. Namun
sayang, nasib buruh selalu ditelantarkan. Bagaimana sebenarnya posisi buruh
dalam pandangan Islam? Karena pentingnya masalah buruh ini, maka judul khutbah
kali ini adalah Buruh Dalam Pandangan Islam.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah!
Dalam Al-Quran Surat Al-Mujadilah ayat 4 misalnya, jika seseorang
melakukan zhihar kepada isterinya (Zhihar itu mengatakan bahwa punggung
isterinya seperti punggung ibunya) kemudian ingin rujuk kepada isterinya
tersebut, maka ia harus memerdekakan budak.
Kemudian,
dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Anas bin Malik R.a, adalah salah seorang sahabat yang pernah
menjadi pembantu Nabi Muhammad Saw. selama hampir 9 tahun lamanya, sejak di
usia 10 tahun, Beliau pernah memberikan testimoninya sebagai berikut:
Rasulullah Saw. adalah orang
yang paling baik akhlaknya. Suatu hari (sewaktu saya masih kanak-kanak), beliau
menyuruh saya untuk tugas tertentu. Saya bergumam: Saya tidak mau berangkat.
Sementara batin saya meneriakkan untuk berangkat menunaikan perintah Nabi
Allah. Saya pun berangkat, sehingga
melewati gerombolan anak-anak yang
sedang bermain di pasar. Saya pun bermain bersama mereka. Tiba-tiba Rasulullah Saw. memegang tengkuk saya dari belakang. Saya
melihat beliau, dan beliau tertawa. Beliau bersabda: “Hai
Anas, berangkatlah seperti yang saya perintahkan.” “Ya, saya
pergi sekarang ya Rasulullah.” Jawab Anas. Beliau memberi kesan:
Demi Allah, saya telah melayani Nabi Saw. selama 7 atau 9 tahun. Saya belum pernah
sekalipun beliau berkomentar terhadap apa yang saya lakukan: “Mengapa kamu
lakukan ini?”, tidak juga beliau mengkritik: “Mengapa kamu tidak lakukan
ini?” (HR. Muslim dan Abu Daud).
Selain
itu, dalam riwayat lain, Aisyah menceritakan:
“Rasulullah Saw. tidak pernah memukul dengan tangannya sedikit pun, tidak
kepada wanita, tidak pula budak.” (HR. Muslim dan Abu Daud).
Nabi Saw. juga pernah menjumpai
salah seorang sahabat yang memukul budak
lelakinya. Tepatnya ia sahabat Abu Mas’ud Al-Anshari. Seketika itu, Nabi Saw. mengingatkan sahabat itu dari belakang:
“Ketahuilah
wahai Abu Mas’ud, Allah lebih kuasa untuk menghukummu seperti itu, dari pada
kemampuanmu untuk menghukumnya.”
Kaum muslimin yang dirahmati Allah!
Setidaknya ada 5 (lima) hal yang mengambarkan posisi buruh dalam
pandangan Islam sebagaimana ayat al-Quran dan hadis-hadis yang tadi khatib
sampaikan:
1.
Islam
adalah agama yang sangat perhatian terhadap nasib kaum buruh. Begitu besar perhatian
Islam kepada nasib kaum buruh ini sampai-sampai dalam hal perbudakan, Islam
telah sangat jelas berupaya menghapusnya dari muka bumi.
2.
Islam
tidak merendahkan kedudukan buruh. Kepada mereka, Islam jelas sikapnya, yaitu
tidak memandang rendah kepada mereka. Manusia adalah sama di hadapan Allah,
yang membedakannya adalah kadar keimanan dan ketakwaan mereka. Bahkan seorang
budak dalam Islam adalah saudara majikannya. Bedanya adalah bahwa budak
dijadikan Allah berada di bawah kekuasaan majikanya. Sebagaimana Hadis Nabi SAW
yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:
“Budak kalian adalah saudara kalian juga. Allah
jadikan mereka di bawah kekuasaan kalian”
Karena itulah, maka Nabi Muhammad SAW pun dalam hadisnya yang lain
memerintahkan kepada para majikan untuk memberikan makanan yang baik, makanan
yang kualitasnya sama dengan apa yang dimakannya dan memberikan pakaian yang
layak sama dengan yang dipakainya.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah!
3.
Islam
mengingatkan secara tegas kepada para majikan untuk tidak memberikan beban
kerja melebihi kemampuan para pekerjanya. Kalaupun ia terpaksa membebani para
pekerjanya dengan sesuatu yang memberatkan mereka, maka hendaknya ia turut
membantu meringankannya. Dalam hal ini Nabi Saw. dalam hadisnya yang
diriwayatkan Imam Bukhari dari Abu Dzar bersabda:
Jika
engkau terpaksa membebani mereka sesuatu yang memberatkan mereka maka bantulah
mereka”. (HR. Bukhari).
4.
Islam
memberikan peringatan yang sangat keras kepada para majikan yang zalim kepada pekerjanya
dengan tidak membayarkan upahnya yang sesuai. Dalam hadis Qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, para majikan
yang zalim kepada pekerjanya dianggap musuh Allah sebagaimana firman-Nya: “Ada tiga
orang, yang akan menjadi musuh-Ku pada hari kiamat: … orang yang mempekerjakan
seorang buruh, si buruh memenuhi tugasnya, namun dia tidak memberikan upahnya
(yang sesuai).” (HR. Bukhari dan Ibn Majah)
5.
Islam
memerintahkan para pengusaha, pemiliki modal, majikan untuk membayarkan upah
para pekerjanya tidak lama setelah pekerjaannya selesai. Sebagaimana disebutkan
dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Imam bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW
bersabda:
”Berikanlah upah kepada pekerjamu sebelum keringatnya kering”.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah!
Demikianlah khutbah Jumat kali ini. Semoga bermanfaat dan semoga
kita semua terhindar dari sikap dan perilaku yang zalim kepada orang lain,
terutama kepada mereka yang berada di bawah kendali dan kekuasaan kita. Amin Ya
Rabbal’Alamin.
*) Materi khutbah ini disampaikan pada 8 Mei 2015 di masjid Al-Ihsan Klender Jakarta Timur
*)) Penulis adalah Kaprodi PAI STAIINDO Jakarta