Takwa Sebagai Pintu Kebahagiaan




Takwa Sebagai Pintu Kebahagiaan[1]
Oleh:
H. Aip Aly Arfan, MA[2]

Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Sebagai sebuah negara, Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan sumber daya alamnya. Emas, ada. Minyak ada, batubara ada. Batu akik? O, jangan ditanya. Dll. Tanah Indonesia juga sangat subur, sehingga mau nanam apapun di Indonesia, pasti tumbuh, bahkan seperti kata Koes Ploes, tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Namun, negara yang sangat kaya ini bukan tidak memiliki masalah. Sebaliknya, masalah di Indonesia sangat banyak, dari masalah hukum sampai masalah politik. Dari masalah budaya hingga masalah agama. Sungguh ini semua merupakan pekerjaan rumah yang sangat sulit diselesaikan. Di antara masalah-masalah tersebut ada juga masalah ekonomi.
Nah, berbicara tentang ekonomi, apabila kita amati perkembangan ekonomi Indonesia belakangan ini, maka kita akan dapati banyaknya pembangunan gedung-gedung bertingkat maupun proyek-proyek  infrastruktur,seperti  jembatan, waduk dan jalan termasuk  di Jakarta. Di satu sisi, ini bisa dikatakan sebagai sesuatu yang positif, karena dengan itu semua dapat memudahkan para pelaku usaha dari mikro, kecil hingga besar dalam mengembangkan usaha mereka dan mendistribusikan produk-produk mereka sampai ke konsumen dengan waktu yang lebih cepat. Namun di sisi lain, ini menimbulkan pertanyaan di benak kita ketika ternyata dananya berasal dari utang luar negeri, apakah tidak ada jalan lain selain penambahan utang luar negeri kita yang sudah masuk kategori lampu merah  ini?  Sejak orde baru hingga lebih dari satu dekade masa reformasi, utang luar negeri  kita sudah mencapai lebih dari 4200 triliyun. Sementara setiap tahunnya, Indonesia mengalami yang namanya defisit, termasuk tahun 2015 yang lalu. Kalau begini terus, ini kan namanya besar pasak daripada tiang. Kalau begini keadaan Indonesia dari tahun ke tahun, ganti pemerintahan berkali-kali, namun ekonomi kita juga tidak membaik dengan utang yang semakin menumpuk, maka bukan tidak mungkin masa depan Indonesia akan semakin curam. Keberkahan pun akan semakin jauh dari Indonesia.
Lalu, bagaimana kita dan anak cucu kita nanti akan membayar utang ini jika setiap pemerintah hanya mampu menambah utang dan tidak mampu membayarnya?
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Dari uraian khatib di atas, kita bisa simpulkan bahwa pembangunan fisik yang kita saksikan, terutama di kota-kota besar di Indonesia bukanlah tanda bahwa Indonesia ini semakin berkembang dan maju, bahkan sebaliknya. Dari hari ke hari, keadaan Indonesia semakin memburuk dan mundur ke belakang. Hal ini dalam pandangan khatib bisa terjadi disebabkan, salah satunya  oleh semakin jauhnya nilai-nilai agama dari kehidupan sebagian besar para pemimpin kita, baik yang ada di pemerintahan, maupun yang ada di parlemen. Karena para pemimpin kita sebagian besarnya beragama Islam, maka bisa dikatakan bahwa para pemimpin muslim kita, sebagian besarnya sudah jauh dari nilai-nilai Islam yang dianutnya. Bisa jadi mereka rajin salatnya, tapi dalam masalah sosial dan ekonomi, mereka lebih mengutamakan kepentingan pribadi dan keluarganya saja daripada kepentingan umat Islam yang dipimpinnya. Bisa jadi mereka berpuasa, zakat dan bahkan haji, tapi dalam masalah sosial dan ekonomi, mereka lebih mengutamakan kantong-kantong pribadi mereka dibandingkan dengan mengepulkan asap di dapur umat Islam yang dipimpinnya. Padahal sebagai pemimpin, mereka akan mempertanggungjawabkan kepemimpinan mereka di dunia ini.
كلكم راع وكلكم مسؤول عن رعيته

Dan sebagai muslim mereka juga harus peduli dengan kepentingan umat Islam yang lain, karena kalau tidak punya kepedulian, maka keislaman mereka dipertanyakan. Sebagaimana hadis Nabi Saw:
من  لم يهتم بأمر المسلمين فليس منهم
Namun, masalah bangsa kita, termasuk masalah ekonomi ini bukan tanggung jawab para pemimpin kita saja. Tapi tanggung jawab kita juga, umat Islam secara keseluruhan. Oleh karena itu, pertanyaannya adalah bagaimana sebagai umat Islam kita berperan dalam ikut menyelesaikan masalah ini agar bangsa kita menjadi bangsa yang penuh keberkahan di dalamnya.
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Dalam al-Quran surat al-A’raf ayat 96 Allah SWT berfirman:
096. Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
Dari ayat ini kita bisa mnyimpulkan bahwa Allah SWT akan membukakan pintu keberkahan bagi penduduk negeri, jika mereka beriman dan bertakwa kepada-Nya. Dan kalau pintu keberkahan tidak ada di Indonesia, ini bisa berarti penyebabnya adalah umat Islam di Indonesia belum beriman dan bertakwa kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya. Ibadah yang kita laksanakan selama bulan Ramadan kemarin dan pada tahun-tahun sebelumnya bisa jadi tidak membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan, yaitu mencapai derajat takwa. Tarawih kita, 0. Baca Quran kita 0. I’tikaf kita 0. Oleh karena itu, yuk di siang hari yang mulia ini, di hari yang penuh keberkahan ini, mari kita sama-sama mengintrospeksi diri kita untuk kemudian kita sama-sama pula berupaya untuk meningkatkan kadar ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan mengamalkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan kita sehari-hari, bukan hanya dalam bentuk ibadah formal saja, tetapi juga dalam bentuk ibadah sosial. Karena mungkin, puasa kita full, tapi bohong jalan terus. Atau mungkin kita rajin salat, tapi perilaku kita tidak baik ke tetangga. Selain itu, marilah kita berdoa kepada Allah SWT agar kita dapat meningkatkan kadar ketakwaan kita dan para pemimpin muslim kita diberikan petunjuk dan hidayah-Nya dan dapat menjalankan amanat yang diembannya dengan sebaik-baiknya demi kemakmuran dan keberkahan bersama, sehingga negara kita Indonesia menjadi negara yang disebutkan al-Quran sebagai baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Aamiiin..
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم ونفعني وأياكم بما فيه من الآيات والذكرالحكيم وتقبل مني ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم أقول قولي هذا وأستغفرالله العظيم يذكركم ولسائر المسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم


[1] Khutbah Jumat di Masjid al-Ihsan Klender Jakarta Timur pada tanggal 22 Juli 2016.
[2] Khatib adalah Kaprodi PAI Sekolah Tinggi Agama Islam Indonesia  (STAIINDO) Jakarta.