SIKAP NABI DAN PARA SALAFUSSALEH TERHADAP ILMU PENGETAHUAN

Oleh: Aip Aly Arfan[1]

 

 

Khutbah I:


الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْإِيمَانِ وَالْإِسْلَامِ وَأَكْرَمَنَا بِخِلَافَتِهِ مِنْ جَمِيعِ العَالَمِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللَّهُمَّ صَلَّ وَسَلَّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ إِلَى يَوْمِ الدِّينَ. أَمَّا بَعْدُ فَيَاعِبَادَ اللَّهُ أَوْصِيكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللَّهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ . قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ. اَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّحِيمِ : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُمْ مُسْلِمُونَ.




Hadirin, sidang Jumat yang dirahmati Allah!

 

Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat yang sangat banyak, sehingga pada kesempatan yang baik ini kita dapat melaksanakan ibadah salat Jumat berjama’ah di masjid Al Insaniyyah yang mulia ini.

Salawat dan salam tidak lupa pula kita sanjungkan kepada nabi Muhammad SAW, manusia pilihan Tuhan yang memiliki hati yang sangat lapang dalam menyebarkan Islam ke seluruh penjuru alam. Begitu juga kepada keluarganya, sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya hingga akhir zaman.

Selanjutnya khatib mengajak kepada seluruh hadirin dan khususnya kepada diri khatib sendiri. Marilah kita tingkatkan iman dan takwa  kita kepada Allah SWT dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi apa yang dilarang-Nya.

 

Hadirin, sidang Jumat yang dirahmati Allah!

 

Jika ada pertanyaan apakah sejarah itu penting, maka jawabannya adalah, iya. Sejarah itu penting. Lalu mengapa sejarah itu penting? Jawabannya adalah karena memiliki banyak manfaat. Prof. Dr. Kuntowijoyo, pakar sejarah dari Universitas Gajah Mada (UGM) membagi kegunaan sejarah menjadi 2, yaitu secara intrinsik dan secara ekstrinsik, di mana sejarah bukan hanya masa lalu yang perlu diketahui manusia. Ia juga bukan hanya kumpulan peristiwa masa lalu yang ditulis sejarawan untuk memenuhi perpustakaan dan toko-toko buku. Tapi sejarah juga merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi manusia yang mau belajar dan mengambil hikmah darinya. Dalam bukunya Pengantar Ilmu Sejarah, Kuntowijoyo, mengatakan bahwa sejarah merupakan ilmu yang mempunyai makna sosial yang penting bagi perkembangan dan perubahan masyarakat.[2]

 

Pentingnya sejarah juga diungkapkan oleh orang-orang besar di dunia. Soekarno misalnya, terkenal dengan ungkapannya Jas Merah (Jangan sekali-sekali melupakan sejarah)[3], Cicero begitu menghargai sejarah dengan menyebutnya sebagai "Historia Vitae Magistra" (Sejarah adalah Guru Kehidupan)[4], dan Fidel Castro berteriak dengan lantang di pengadilan: "La Historia Me Absolvera !!!" (Sejarah yang akan Membebaskanku!!!). [5]

 

Salah satu manfaat sejarah adalah bahwa dari sejarah kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran yang sangat berharga. Pada khutbah Jumat kali ini khatib ingin menyampaikan tentang beberapa sikap nabi Muhammad Saw, para Sahabat dan Salafussaleh terhadap ilmu pengetahuan.

 

Hadirin siding Jumat yang dirahmati Allah!

 

1.       Dalam Hadis yang diriwayatkan Ibn Majah nabi Muhammad Saw bersabda: “Menuntut ilmu itu adalah kewajiban setiap muslim. Ilmu apa? Ilmu agama iya, ilmu umum pun OK. Yang penting bermanfaat, karena dalam Islam, sebagaimana disebutkan dalam suatu Hadis: Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Maka, pesannya adalah jika anda ingin bermanfaat bagi orang lain, banyak-banyaklah mencari ilmu, banyak-banyaklah belajar. Karena dengan belajar dan mencari ilmu akan semakin banyak yang kita bisa dan semakin banyak yang kita tahu, tentunya pengetahuan kita dan kemampuan kita dalam banyak hal sangat bermanfaat, baik untuk diri kita sendiri maupun untuk orang lain. Dalam konteks kekinian, kita sebagai muslim, mari belajar, mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Belajar apa? Mencari ilmu apa? Selain mendalami ilmu agama, yang tidak kalah penting juga adalah ilmu pengetahuan umum, seperti komputer, teknologi informasi dan kecerdasan buatan/artifisial intelegent (AI).

2.       Menyampaikan Ilmu yang diketahui saja. Dalam hal ini, sikap Nabi pun sangat jelas. Beliau sering mengatakan tidak tahu jika ada pertanyaan yang memang tidak ia ketahui jawabannya. Selain tentang hari kiamat, tentang ruh, beliau juga pernah ditanya tentang Zulkarnaen, apakah ia nabi atau bukan. Beliau pun menjawab tidak tahu. Pesannya yang lain adalah serahkan sesuatu pada ahlinya. Jika tidak kita serahkan pada ahlinya maka bisa mengakibatkan celaka bahkan kematian seseorang. Seperti yang terjadi pada salah seorang sahabat yang meninggal akibat mandi junub dalam keadaan luka di kepalanya. Ia melakukannya karena jawaban temannya yang mengatakan ia tetap tidak boleh melakukan tayammum karena bermimpi dan mengeluarkan mani.[6]

3.       Menghargai pendapat yang berbeda. Dalam hal ini, sikap Nabi juga sangat jelas. Beliau adalah orang yang sangat menghargai pendapat orang lain. Sebagai contoh adalah hadis yang diriwayatkan Muslim tentang bagaimana nabi Muhammad sangat menghargai pendapat Umar bin Khattab dalam hadisnya tentang umat Islam yang akan masuk surga hanya dengan bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Dalam pandangan Umar bin Khattab, Nabi salah ketika mengeluarkan hadis yang demikian karena nanti orang-orang hanya mengandalkan syahadat saja tanpa diiringi dengan amal kebajikan. Sikap Nabi ini juga diikuti oleh sahabat Ali bin Abi Thalib. Dalam suatu riwayat yang dikeluarkan oleh Ibn Abdil Barr dikatakan bahwa seseorang bertanya tentang suatu masalah dan dijawab oleh Ali bin Abi Thalib. Namun orang itu kemudian berkata, tidak begitu wahai amirul mukminin. Tetapi begini dan dan begini. Ali pun berkata: kamu benar dan saya salah. Di sini pesannya adalah kalau kita memiliki pandangan atau pendapat, janganlah kita menganggap bahwa pandangan atau pendapat kita lah yang benar, sedangkan pendapat orang lain salah. Seperti ini pulalah sikap Imam Syafi’i tentang menghargai pendapat orang lain. Beliau mengatakan: “Pendapat saya benar tapi ada kemungkinan salah dan pendapat orang salah tapi ada kemungkinan benar”.

 

Hadirin, sidang Jumat yang dirahmati Allah!

 

Demikianlah khutbah Jumat yang saya sampaikan pada hari ini. Semoga Allah SWT selalu menganugerahkan kepada kita semua ilmu yang bermanfaat dan menjadikan kita sebagai orang-orang memiliki sikap yang selalu rendah hati terhadap ilmu yang kita miliki. Aamiin yaa Rabbal ‘aalamiin.

 

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلْ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ.

أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

 

 

Khutbah II:

 

الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِفَضْلِهِ تَتَنَزَّلُ الْخَيْرَاتُ وَالْبَرَكَاتُ، وَبِقدرتهِ تَتَحَقَّقُ الْمَقَاصِدُ وَالْغَايَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَانَبِيَّ بَعْدَهُ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا آيُّهَا  الناس أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فقد فاز المتقون. وقد قال الله في كتابه الكريم:  يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.

واعلموا أن الله تعالى أمركم بأمر بدأ فيه بنفسه وثنى بملائكته المسبحة بقدسه وقال تعالى ولم يزل قائلا عليما:

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم. إنَّ اللهَ وملائكتَهُ يصلُّونَ على النبِيِّ يَا أيُّهَا الذينَ ءامَنوا صَلُّوا عليهِ وسَلّموا تَسْليمًا

اللّـهُمَّ صَلّ على سيّدِنا محمَّدٍ وعلى ءالِ سيّدِنا محمَّدٍ كمَا صلّيتَ على سيّدِنا إبراهيمَ وعلى ءالِ سيّدِنا إبراهيم وبارِكْ على سيّدِنا محمَّدٍ وعلى ءالِ سيّدِنا محمَّدٍ كمَا بارَكْتَ على سيّدِنا إبراهيمَ وعلى ءالِ سيّدِنا إبراهيمَ إنّكَ حميدٌ مجيدٌ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.

اللَّهُمَّ اغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَ ذُنُوْبَ وَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا

للَّهُمَّ إِنِّا نعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَا

اللَّهُمَّ إنِّا أنسْأَلُكَ عِلْماً نَافِعاً، وَرِزْقاً طَيِّباً، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

 

 

“Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyuk, dari jiwa yang tidak pernah merasa cukup, dan dari doa yang tidak dikabulkan.”

 

Ya Allah, Sesungguhnya  kami memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang halal dan amalan yang diterima.”

 

للَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَك أَعْدَاءَ الدِّيْنَ

اللهم انصر المسلمين في فلسطين وفي كل مكان

حسبنا الله ونعم الوكيل نعم المولى ونعم النصير

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ 

 

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

فاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ واشكروا على نعمه يزدكم واسألوا من فضله يعطكم ولذكرالله أكبر

 

 

 

 



[1] Khatib adalah Dosen SPI Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

[2] Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Bentang Pustaka, April 2005.

[3] Pidato Soekarno pada HUT RI ke-21, tanggal 17 Agustus 1966.

[4] Negarawan dan filsuf Romawi terkemuka yang Frasa lengkapnya adalah "Historia vero testis temporum, lux veritatis, vita memoriae, magistra vitae, nuntia vetustatis" yang berarti "sejarah adalah saksi zaman, cahaya kebenaran, kehidupan ingatan, guru kehidupan, pembawa pesan zaman kuno".

[5] Ini adalah judul pidato Fidel Castro yang juga menjadi pernyataan pentingnya dalam pengadilan yang memvonisnya 15 tahun penjara di Kuba karena gerakan revolusinya.

[6] Sunan Abu Dawud dan Ibn Majah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar