1. Pentingnya Mengingat Kematian
Hadirin Jama’ah Sidang Jumat Yang dirahmati
Allah!
Lima hari yang lalu, tepatnya pada hari ahad 17
Nopember 2013, pukul 00.05 ayah khatib berpulang ke rahmatullah. Innaa lillahi
wainnaa ilaihi raji’un. Oleh karena itu, di akhir khutbah ini khatib memohon dengan
kerendahan hati agar hadirin sekalian ikut mendoakan semoga ayah saya diampuni
segala dosa dan kesalahannya dan diterima amal ibadahnya serta mendapat rida
Allah SWT.
Berkenaan dengan hal tersebut, maka secara
khusus khatib mengangkat tema kematian agar menjadi pengingat, khususnya untuk
diri khatib sendiri dan jama’ah sekalian pada umumnya.
Hadirin Jama’ah Sidang Jumat Yang dirahmati
Allah!
Kematian adalah suatu hal yang pasti ditemui
oleh setiap manusia, meskipun tidak ada seorang pun dari manusia yang
mengetahui kapan ajal menjemput. Dan jika telah datang waktunya, tidak ada
seorang pun yang mampu menunda maupun mempercepatnya. Sebagaimana firman Allah
SWT dalam surat Al-A’raf: 34:
034. Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka
apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang
sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.
Oleh karena itu, sebagai muslim, kita harus
mempersiapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk kita bawa nanti pada saat ajal
menjemput. Pertanyaannya kemudian, Apa yang harus kita persiapkan sebagai bekal hidup di akhirat nanti.
Hadirin Jama’ah Sidang Jumat Yang dirahmati
Allah!
Kalau dalam ilmu manajemen kita mengenal istilah
planning atau perencanaan sebagai langkah penting yang harus ditempuh untuk mencapai
tujuan hidup di dunia, maka untuk mencapai tujuan hidup di akhirat nanti,
perencanaan juga merupakan aspek yang sangat penting yang harus kita lakukan
sebagai muslim. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Hasyr: 18:
018. Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa
yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Lalu, bagaimana aplikasi
perencanaan untuk mencapai kebahagiaan di akhirat nanti?
Hadirin Jama’ah Sidang Jumat Yang dirahmati
Allah!
Kata kuncinya adalah bertakwa
kepada Allah SWT. Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan menjalankan seluruh
perintah Allah SWT dan menjauhi segala yang dilarang. Teknisnya seperti apa?
Sederhana saja, jika diperintahkan oleh Allah SWT untuk salat, maka salatlah.
Ketika diperintahkan untuk berpuasa, maka berpuasalah. Ketika diperintahkan
untuk berlaku jujur, jujurlah. Lalu, ketika dilarang berdusta, jangan
berbohong. Ketika dilarang korupsi janganlah korupsi. Begitu seterusnya.
Demikian khutbah Jumat kita
kali ini. Semoga bermanfaat.
2. Menjadi Muslim Yang Baik
Hadirin Jama’ah Sidang Jumat Yang dirahmati
Allah!
Siapa sih muslim yang baik itu? Nah, berbicara
tentang muslim yang baik ini, ada baiknya khatib uraikan terlebih dahulu 4
(empat) golongan muslim.
- Muslim yang tidak tahu bagaimana menjadi muslim yang baik.
- Muslim merasa dirinya tahu bagaimana menjadi muslim yang baik padahal tidak tahu.
- Muslim yang tahu bagaimana menjadi muslim yang baik tapi tidak mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
- Muslim yang tahu bagaimana menjadi muslim yang baik dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Golongan yang pertama, muslim yang tidak tahu
bagaimana menjadi muslim yang baik. Untuk golongan yang satu ini, mudah saja
mengatasinya. Ajarkan mereka bagaimana menjadi muslim yang baik. Setelah itu,
apakah mereka mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari atau tidak, itu
bukan urusan kita lagi.
Yang sulit sebenarnya mengatasi golongan yang
kedua, yaitu mereka yang menganggap diri mereka tahu bagaimana menjadi muslim
yang baik, padahal tidak tahu. Ini yang digambarkan oleh Allah SWT dalam
al-Quran surat Al-Kahfi: 104:

104. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia
perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka
berbuat sebaik-baiknya.
Golongan yang ketiga, mereka tahu bagaimana
menjadi muslim yang baik tetapi tidak mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kita berlindung kepada Allah SWT agar tidak termasuk kedalam golongan yang satu
ini karena golongan ketiga inilah yang diancam oleh Allah SWT dengan sebutan “Kaburo
Maqtan”.
Golongan yang keempat, yaitu muslim yang tahu
bagaimana menjadi muslim yang baik dan mempraktekkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Tentunya kita berharap agar Allah SWT memasukkan kita semua
kedalam golongan yang keempat ini. Amin Ya Rabbal ‘alamin. Lalu, apa sajakah
ciri-ciri muslim yang baik itu?
Hadirin Jama’ah Sidang Jumat Yang dirhamati
Allah!
Ciri-ciri muslim yang baik, di antaranya:
1.
Tidak menyekutukan Allah SWT (syirik). Ini
adalah yang pertama dan utama. Jadi kalau kita percaya kepada Allah SWT tetapi
kita juga percaya kepada dukun, paranormal yang tidak jelas, cincin, keris,
jimat, takhayul, khurafat, ramalan bintang dan lain sebagainya, maka kita
bukanlah muslim yang baik karena dosa syirik adalah dosa yang terbesar dan tak
terampuni. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nisaa: 116:

116. Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa
mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari
syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan
(sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.
2. Tidak melakukan dosa-dosa besar dan keji,
seperti meminum-minuman keras, membunuh, berzina, narkoba, korupsi dll.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat an-Najm: 31:

031. Dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada
di langit dan apa yang ada di bumi supaya Dia memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan
memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih
baik (surga).
032. (Yaitu) orang yang menjauhi dosa-dosa besar
dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya
Tuhanmu Maha Luas ampunanNya. Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan) mu
ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut
ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling
mengetahui tentang orang yang bertakwa.
3. Tidak berlebihan/lebay. Jadi kalau ibadah
kita berlebihan hingga lupa akan dunia, salat terus misalnya, tetapi tidak mau
bekerja mencari nafkah, ini berarti kita bukanlah muslim yang baik. Sebagaimana
firman Allah SWT dalam surat Al-Qashash: 77:

077. Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan.
Atau sebaliknya, yang kita perhatikan hanyalah
urusan dunia saja, kerja saja misalnya hingga lupa salat. Cari duit saja
misalnya, tetapi tidak mengeluarkan zakat, tidak bersedekah dan tidak membantu
orang-orang yang membutuhkan, itu berarti kita bukan muslim yang baik.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran Surat Al-An’am: 32:

032. Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain
dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih
baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?
4. Tetap beribadah kepada Allah SWT dan mengikuti
sunnah Rasul-Nya meskipun telah tertimpa kesusahan. Sebagaimana firman Allah
SWT dalam Al-Quran surat Ali Imran: 172:

172. (Yaitu) orang-orang yang menta`ati perintah
Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). Bagi orang-orang
yang berbuat kebaikan di antara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar.
Hadirin Jama’ah Sidang Jumat Yang dirahmati
Allah!
Ciri-ciri muslim yang baik itu selalu bersedekah
meskipun secara ekonomi dalam keadaan sulit.Muslim yang baik juga tidak
emosional, ia juga pemaaf. Jadi kalau kita mudah marah dan sulit memaafkan
orang lain, pendendam, maka kita bukanlah muslim yang baik. Sebagaimana firman
Allah SWT dalam Al-Quran surat Ali Imran: 134:

134. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya),
baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan.
Hadirin Jama’ah Sidang Jumat Yang dirahmati
Allah!
Demikian khutbah Jumat kali
ini. Semoga bermanfaat.
3. Memaknai Tahun Baru
Hadirin Sidang Jumat Yang dirahmati Allah!
Berdasarkan kalender Masehi, hari
ini adalah tanggal 27 Desember 2013. Berarti beberapa hari lagi kita akan
memasuki tahun baru 2014 M. Tentunya seperti tahun-tahun sebelumnya, pergantian
tahun ini akan diwarnai berbagai kegiatan dan acara, seperti, berpergian ke tempat-tempat
hiburan, jalan-jalan ke puncak atau keluar negeri, menonton TV, meniup trompet,
menyalakan kembang api, dan lain-lain. Dari beragamnya acara dalam menyambut
detik-detik pergantian tahun ini muncul banyak pertanyaan di benak kita, apa
hukumnya merayakan pergantian tahun ini? Bolehkah meniup
trompet dan menyalakan kembang api dalam menyambut tahun baru? Dan apa makna tahun baru ini bagi umat Islam? Atau dengan kalimat lain,
bagaimana kita umat Islam memaknai tahun baru ini?
Hadirin Sidang Jumat Yang dirahmati Allah!
Kalau dilihat dari sejarahnya,
perayaan pergantian tahun ini sudah dilakukan sejak dahulu kala, yaitu tahun
153 SM oleh bangsa Romawi yang dilanjutkan oleh Julius Caesar pada tahun 47 SM. Artinya perayaan tahun baru
ini telah dilakukan sebelum dirayakan oleh orang-orang Nasrani. Hingga saat
ini, perayaan tahun baru Masehi bukan saja dirayakan oleh orang-orang Kristen,
tapi oleh sebagian besar (seluruh) manusia di berbagai belahan
dunia. Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa perayaan tahun baru tidak
terkait oleh hari besar agama tertentu. Jadi hukumnya adalah boleh. Dan
sebenarnya, yang
menjadi permasalan bukan haram atau tidaknya merayakan tahun baru Masehi ini,
tapi apa yang kita lakukan dalam merayakannya. Apakah menyimpang dari
nilai-nilai Islam atau masih dalam koridornya. Yang jadi persoalan bukan apakah jika kita merayakan pergantian tahun
ini berarti kita mengikuti orang-orang non-muslim, atau tidak, tapi apakah
dalam merayakannya kita juga mengikuti bagaimana orang-orang non-muslim merayakannya
atau kita punya cara sendiri dalam merayakannya. Oleh
karena itu, menyalakan kembang api pada malam pergantian tahun boleh-boleh
saja. Begitu juga dengan meniup trompet. Singkatnya, bukan merayakannya yang bermasalah, tapi bagaimana
kita merayakannya. Kalau kita merayakannya diringi dengan perbuatan
maksiat, dengan meminum-minuman keras, misalnya, maka itu yang dilarang. Tapi
sebaliknya, kalau kita merayakannya dengan zikir bersama, misalnya, maka itu
yang dianjurkan.
Hadirin Sidang Jumat Yang dirahmati Allah!
Kalau kita telaah lebih jauh,
sebenarnya ada satu hal yang lebih penting dari sekadar perayaan tahun baru
Masehi ini. Apa itu? Inilah yang khatib istilahkan dengan memaknai tahun baru. Lalu,
apa makna tahun baru Masehi ini bagi
kita umat Islam?
Tahun baru Masehi sebagaimana tahun baru Hijriah, adalah peristiwa
perpindahan masa atau waktu dari yang lama ke yang baru. Ini artinya ketika
terjadi pergantian tahun, maka kita seakan diingatkan akan pentingnya waktu dalam
kehidupan kita, umat Islam. Sebagaimana kita ketahui bersama, dalam Islam, waktu adalah hal yang
sangat penting. Begitu pentingnya waktu, Allah SWT bersumpah atas nama waktu.
Ada waddhuha, wallail dll. Dan semua manusia akan merugi jika tidak menyadari
pentingnya menggunakan waktu untuk melakukan kebaikan. Dalam surat Al-Ahsr
Allah SWT berfirman:
1)
Demi masa.
2)
Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam
kerugian,
3)
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati
supaya menetapi kesabaran.
Dalam Islam, waktu juga sangat berharga. Begitu
berharganya waktu dalam Islam Imam
Al-Ghazali seorang tokoh yang sangat berpengaruh mengatakan bahwa yang paling jauh itu waktu yang
telah berlalu dan yang paling dekat adalah kematian.
Selain itu, waktu kita hidup
di dunia ini sangat singkat. Begitu singkatnya sampai-sampai kita tidak merasa
bahwa semakin hari usia kita semakin bertambah. Usia kita yang dari hari
ke hari bertambah pun pada hakekatnya berkurang.
Hadirin
Sidang Jumat Yang dirahmati Allah!
Oleh karena itu, bagaimana kita memaknai tahun baru ini adalah dengan
memanfaatkan momen pergantian
tahun untuk melakukan evaluasi dan introspeksi diri. Dan pertanyaan yang perlu
kita jawab adalah sudah seberapa besar kah kebaikan kita di tahun yang
lalu? Dan apakah kita
sudah mempersiapkan bekal kita di akhirat nanti sebanyak-banyaknya?
Hal ini sebagaimana firman Allah
SWT dalam surat Al-Hasyr: 18.
018. Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa
yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Begitu juga hadis nabi Muhammad
SAW: "Dari Syadad bin Aus r.a, dari Rasulullah SAW, bahwa beliau berkata,
"Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri
serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah
adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah
SWT". (HR. Imam Turmudzi) dan pernyataan Umar bin Khattab tentang
pentingnya muhasabah: Lakukankah evaluasi terhadap diri kamu sekalian sebelum
dievaluasi nanti (di akhirat). Pertanyaan yang perlu kita jawab adalah apakah
tahun yang baru lewat ini tahun kebaikan kita? Seberapa besar kebaikan yang
telah kita lakukan di tahun ini? Apakah kita telah memanfaatkan tahun ini
dengan sebaik-baiknya untuk berbuat sebanyak mungkin kebaikan dan kebajikan?
Semoga Allah SWT mengampuni
segala dosa dan kesalahan yang kita lakukan di tahun 2013 ini dan semoga tahun
yang akan datang lebih baik dari tahun ini. Amin.
Hadirin Sidang Jumat Yang dirahmati Allah!
Demikian
khutbah Jumat kali ini semoga bermanfaat.
MEMBERIAN BANTUAN KEPADA ORANG
YANG MEMBUTUHKAN
DALAM PERSPEKTIF ISLAM*)
OLEH: H. AIP ALY ARFAN, MA
Hadirin, jamaah sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Indonesia saat ini sedang berduka. Belum 2 (dua) minggu selepas pergantian
tahun baru 2014 kita telah ditimpa
kembali oleh musibah banjir. Ini terjadi pada saat bencana akibat
letusan gunung Sinabung di Medan masih terus menimpa. Jumlah korbannya semakin
hari semakin bertambah. Tentunya, para korban bencana ini membutuhkan bantuan
yang tidak sedikit, dari makanan, pakaian, selimut, obat-abatan dan lain
sebagainya. Terkait dengan hal ini maka khutbah Jumat kali ini khatib beri
judul Memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan dalam perspektif Islam.
Hadirin, jamaah sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh Thabrani & Ibnu Asakir, suatu hari, sepeninggal Rasulullah SAW, Abu Hurairah
r.a. beri’tikaf di
masjid Nabawi. Ia tertarik ketika mengetahui ada seseorang di masjid yang sama,
duduk bersedih di pojok masjid. Abu Hurairah pun menghampirinya untuk menanyakan apa yang menyebabkannya tampak bersedih.
Setelah mengetahui masalah yang menimpa orang itu, Abu Hurairah pun segera
menawarkan bantuan. ”Mari keluar bersamaku wahai saudara, aku akan memenuhi
keperluanmu,” ajak Abu Hurairah. "Apakah kau akan meninggalkan kegiatan
beri'tikafmu demi menolongku?" tanya orang tersebut terkejut. ”Ya.
Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Sungguh berjalannya
seseorang di antara kamu untuk memenuhi kebutuhan saudaranya, lebih baik
baginya daripada i'tikaf di masjidku ini selama sebulan”.
Dari hadis yang khatib paparkan tadi dapat kita lihat bagaimana
Abu Hurairah yang sedang berii’tikaf di masjid menghentikan aktivitasnya
tersebut demi menolong orang lain yang sedang mengalami kesulitan, padahal kita
tahu bahwa beri’tikaf di masjid adalah amalan baik yang akan mendapatkan pahala
bagi orang yang melakukannya. Dalam hadis ini Abu Hurairah tidak melanjutkan
I’tikafnya dan memilih menolong orang lain yang membutuhkan pertolongannya
karena perbuatan menolong orang lain yang sedang mengalami kesulitan
kualitasnya lebih baik dari I’tikaf selama 1 (satu) bulan lamanya. Artinya,
perbuatan menolong orang lain yang mendapatkan kesulitan dalam perspektif Islam
tidak kalah pentingnya daripada melakukan ibadah yang hukumnya sunnah seperti
I’tikaf di masjid.
Dalam hadis lain Rasulullah SAW bersabda:
خير الناس أنفعهم للناس
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi
orang lain (HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni)
Dalam hadis ini kita dapat mengambil sebuah poin penting yaitu bahwa
manusia yang paling bermanfaat dalam pandangan Islam bukan yang paling banyak
ibadahnya, tapi yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.
Pertanyaannya adalah, apa yang harus kita lakukan sebagai umat Islam
melihat kondisi terakhir di tanah air yang sedang ditimpa berbagai bencana ini?
Hadirin, jamaah sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Berdasarkan Hadis-hadis yang khatib bacakan tadi, maka siapapun kita, di
manapun kita berada, apapun profesi kita, hendaknya kita memiliki orientasi untuk memberikan manfaat bagi
orang lain karena sebagai Muslim, kita tidak hanya dituntut untuk
melakukan ibadah-ibadah formal seperti salat dan membaca al-Quran saja, tetapi
kita juga dituntut oleh Islam untuk juga melakukan ibadah sosial. Dalam Islam, banyak hal yang
bisa dikategorikan sebagai ibadah sosial, di antaranya adalah membayar zakat
dan bersedekah. Untuk yang terakhir ini,
Rasulullah SAW bersabda:
كُلُّ سُلاَمَى مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيهِ
الشَّمْسُ ، يَعْدِلُ بَيْنَ الاِثْنَيْنِ صَدَقَةٌ ، وَيُعِينُ الرَّجُلَ عَلَى
دَابَّتِهِ ، فَيَحْمِلُ عَلَيْهَا ، أَوْ يَرْفَعُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ
، وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ ، وَكُلُّ خَطْوَةٍ يَخْطُوهَا إِلَى
الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ ، وَيُمِيطُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ صَدَقَةٌ
Setiap
persendian manusia diwajibkan untuk bersedekah setiap harinya mulai matahari
terbit. Berbuat adil antara dua orang adalah sedekah. Menolong seseorang naik
ke atas kendaraannya atau mengangkat barang-barangnya ke atas kendaraannya
adalah sedekah. Berkata yang baik adalah sedekah. Begitu pula setiap langkah
berjalan untuk menunaikan shalat adalah sedekah. Serta menyingkirkan suatu
rintangan dari jalan adalah sedekah. (HR. Bukhari)
Oleh karena itu, dengan adanya berbagai bencana yang
menimpa saudara-saudara kita di tanah air ini mari kita sama-sama
menyingsingkan lengan badan, bahu membahu untuk memberikan bantuan, apa saja
yang bisa kita lakukan. Kalau kita memiliki dana, mari kita sisihkan sebagian
dana kita untuk para korban bencana. Kalau kita memiliki pakaian yang layak
pakai, selimut, obat-obatan dan lain sebagainya mari kita berikan kepada
mereka. Atau kalau kita memiliki waktu dan tenaga, kita bisa menggunakan waktu
dan tenaga kita untuk menjadi relawan.
Hadirin sidang Jum'at yang dirahmati Allah!
Sepintas, ketika kita memberikan manfaat kepada orang lain, membantu dan menolong sesama itu membuat waktu kita tersita, harta kita berkurang, tenaga dan pikiran kita terporsir. Namun sesungguhnya, saat kita memberikan manfaat kepada orang lain, pada hakikatnya kita sedang menanam kebaikan untuk diri kita sendiri. Jika kita menolong orang lain, Allah akan menolong kita. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Isra ayat 7:
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ
Jika
kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri (QS.
17:7).
Rasulullah
SAW bersabda:
مَنْ كَانَ فِى حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِى حَاجَتِهِ
Barangsiapa
membantu keperluan saudaranya, maka Allah membantu keperluannya.
(Muttafaq 'alaih).
Jika
kita menolong dan membantu sesama, pertolongan dari Allah bukan sekadar di dunia, tetapi juga di akhirat. Jika kita
memberikan manfaat kepada orang lain, Allah memudahkan kita bukan hanya dalam
urusan dunia, tetapi juga pada hari kiamat kelak.
Rasulullah SAW bersabda:
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ
Siapa yang membantu menyelesaikan kesulitan seorang mu’min dari berbagai
kesulitan2 dunia, Allah akan membantu menyelesaikan kesulitannya di hari kiamat. Dan siapa
yang memudahkan orang yang sedang dalam kesulitan, niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan
akhirat (HR. Muslim)
Demikian khutbah Jumat kali ini, semoga bermanfaat dan
kita berdoa semoga Allah SWT menjadikan kita orang-orang yang memiliki
kepedulian sosial yang tinggi sehingga kita tidak hanya piawai dalam ibadah
formal saja tetapi juga jago dalam ibadah sosial. Amin.
*) Khutbah ini disampaikan
pada tanggal 24 Januari 2014 di Masjid SMPN 6 Bulak Klender Jakarta Timur
Oleh:
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Hari demi hari telah kita lewati, minggu
demi minggu telah kita lalui dan bulan demi bulan telah kita masuki hingga tibalah
kita pada hari ini Jumat 27 Desember 2019. Ini artinya
beberapa hari lagi kita akan memasuki
tahun baru 2020. Ini
artinya pula bahwa usia kita bertambah setahun. Semakin hari semakin tualah
usia kita. Sebelumnya kulit kita masih kencang, sekarang kulit kita sudah mulai
mengendur. Dulu rambut kita berwarna hitam, sekarang sudah banyak ubannya. Di
antara kita ada yang dahulunya masih anak-anak, sekarang sudah punya anak, bahkan cucu. Ini semua
merupakan tanda-tanda yang diberikan Allah SWT kepada kita bahwa akan datang
suatu waktu di mana kita akan kembali kepada Allah Swt, saat itulah di mana
tidak ada lagi saudara, keluarga, sanak saudara, tetangga dan sahabat yang
menemani kita dalam suatu kondisi yang disebut mati. Bahkan yang namanya
kematian tidak mengenal usia. Ada yang meninggal dunia pada usia 80-an tahun,
ada. Yang meninggal dunia pada usia 60-an tahun banyak, yang meninggal dunia
pada usia 40-an tahun juga banyak, yang meninggal dunia sebelum usia 30-an
tahun pun tidak sedikit. Pertanyaannya, sudah siapkah kita semua dalam
menghadapi kematian yang pasti akan menghampiri kita semua?
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Di sinilah pentingnya kita meresapi dan
menghayati betapa pentingnya waktu bagi kehidupan kita dan selanjutnya kita
beramal saleh sebanyak-banyaknya agar kita tidak termasuk orang-orang yang
merugi sebagaimana firman Allah Swt dalam surat Al-Ashr..Dalam bahasa Arab
pentingnya waktu diungkapkan dengan kalimat berikut:
الوقت كالسيف إن لم تقطعه قطعك
Waktu itu ibarat
pedang yang jika kamu tidak dapat menggunakannya dengan baik, maka ia yang akan
membinasakanmu.
Dan di sinilah
pentingnya kita memiliki sikap yang bijaksana dalam menghabiskan waktu kita
yang tersisa. Bagaimana caranya? Caranya adalah dengan berupaya mengendalikan
diri dan hawa nafsu kita dari perbuatan-perbuatan dan amalan-amalan yang tidak
berguna untuk kepentingan kita setelah ajal menjemput.
Kita harus
pandai-pandai mengendalikan hawa nafsu kita dan melakukan perbuatan-perbuatan baik
demi kepentingan kita di akhirat nanti.
الكيس من دان نفسه وعمل لما بعد الموت
Dalam sebuah pernyataan yang sangat
popular, khalifah kedua, Umar bin Khattab pernah menegaskan pentingnya
memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Beliau mengatakan:
حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا
Introspeksi dirilah kalian sebelum nanti
diri kalian dinilai.
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Maka dari itu,
pada momen pergantian tahun ini, yang terbaik yang perlu kita lakukan bukan
membunyikan terompet tahun baru, bukan juga berpawai keliling kota, atau menyalakan kembang api. Yang harus kita
lakukan, dan inilah yang terbaik, yaitu melakukan evaluasi diri dan introspeksi
diri dengan bertanya kepada diri kita masing-masing, sudah siapkah kita kembali
menghadap Allah Swt? Sudah berapa banyakkah bekal yang kita persiapkan untuk
kehidupan akhirat kita? Dan apakah jiwa kita ketika kembali kepada Allah Swt
merupakan jiwa yang tenang yang mutmainnah dan diridai oleh Allah Swt sehingga
dimasukkannya diri kita kedalam surga-Nya?
Oleh karena itu
marilah kita sama-sama menghitung sudah berapa banyak kebaikan yang kita
lakukan selama ini? Marilah sama-sama kita menghitung berapa banyak dosa dan
kesalahan yang kita lakukan sebelum dihitung nanti di akhirat. Karena apa?
Karena kematian itu pasti dan tidak seorang pun yang dapat menghindarinya.
Hadirin Sidang
Jumat yang dirahmati Allah!
Demikianlah
khutbah Jumat singkat kali ini. Semoga bermanfaat dan kita berdoa semoga kita
dapat menggunakan sisa waktu kita dengan hal-hal yang baik yang Allah ridai dan
semoga hidup kita nanti diakhiri dengan husnul khatimah. Amin Ya Rabbal Alamin.
018. Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
[1] Khutbah Jumat
di Masjid Al-Ihsan Klender Jakarta Timur pada tanggal 27 Desember 2019
[2] Khatib adalah
Dosen Sejarah dan Peradaban Islam di STAI Indonesia Jakarta
BURUH DALAM
PANDANGAN ISLAM
Oleh: H. Aip Aly Arfan, MA
Hadirin Sidang Jum’at Yang dirahmati Allah!
Hari ini adalah tanggal 1 Mei 2015. Sebagaimana kita ketahui
bersama, bahwa tanggal 1 Mei telah ditetapkan sebagai hari buruh internasional.
Di mana-mana di seluruh penjuru dunia, memperingati hari buruh ini, termasuk di
Indonesia. Dan rencananya, hari ini ribuan buruh dari Jabodetabek akan
melakukan unjuk rasa di 4 titik di Jakarta. Bahkan kemarin pun di beberapa
daerah seperti di Surabaya telah melaksanakan unjuk rasa. Karena pentingnya
masalah buruh ini, maka judul khutbah kali ini adalah Buruh Dalam Pandangan
Islam.
Hadirin Sidang Jum’at Yang dirahmati Allah!
Kalau berbicara tentang buruh, memang selalu saja ada masalah. Dari
masalah gaji/honor yang tidak dibayarkan sesuai dengan upah minimum, penyiksaan
buruh yang dilakukan oleh majikannya hingga masalah undang-undang yang tampak
tidak berpihak kepada kepentingan buruh. Lalu, bagaimana sebenarnya posisi
buruh dalam pandangan Islam?
Hadirin Sidang Jum’at yang dirahmati Allah!
Dalam
suatu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Anas bin Malik R.a, adalah salah seorang sahabat yang pernah
menjadi pembantu Nabi Muhammad Saw. selama hampir 9 tahun lamanya, sejak di
usia 10 tahun, Beliau pernah memberikan testimoninya sebagai berikut:
Rasulullah
Saw. adalah orang yang paling baik akhlaknya.
Suatu hari (sewaktu saya masih kanak-kanak), beliau menyuruh saya untuk tugas
tertentu. Saya bergumam: Saya tidak mau berangkat. Sementara batin saya
meneriakkan untuk berangkat menunaikan perintah Nabi Allah. Saya pun berangkat, sehingga melewati
gerombolan anak-anak yang
sedang bermain di pasar. Saya pun bermain bersama mereka. Tiba-tiba Rasulullah Saw. memegang tengkuk saya dari belakang. Saya melihat
beliau, dan beliau tertawa. Beliau bersabda: “Hai Anas, berangkatlah seperti yang saya
perintahkan.” “Ya, saya pergi sekarang ya Rasulullah.” Jawab Anas.
Beliau memberi kesan:
وَاللهِ! لَقَدْ خَدَمْتُهُ سَبْعَ سِنِينَ
أَوْ تِسْعَ سِنِينَ مَا عَلِمْتُ قَالَ لِشَيْءٍ صَنَعْتُ: لِمَ فَعَلْتَ كَذَا
وَكَذَا. وَلاَ لِشَيْءٍ تَرَكْتُ: هَلاَّ فَعَلْتَ كَذَا وَكَذَا
Demi Allah, saya telah melayani Nabi Saw. selama 7 atau 9 tahun. Saya belum pernah
sekalipun beliau berkomentar terhadap apa yang saya lakukan: “Mengapa kamu
lakukan ini?”, tidak juga beliau mengkritik: “Mengapa kamu tidak lakukan ini?”
(HR. Muslim 2310 dan Abu Daud 4773).
Selain itu, dalam riwayat lain, Aisyah menceritakan:
مَا ضَرَبَ
رَسُولُ اللهِ شَيْئًا قَطُّ بِيَدِهِ وَلاَ امْرَأَةً وَلاَ خَادِمًا…
“Rasulullah Saw. tidak pernah memukul dengan tangannya sedikit pun, tidak kepada wanita, tidak pula budak.” (HR. Muslim 2328, Abu Daud
4786).Nabi Saw. juga pernah menjumpai salah seorang sahabat yang memukul budak lelakinya. Tepatnya ia sahabat Abu Mas’ud Al-Anshari. Seketika itu, Nabi Saw. mengingatkan sahabat itu dari belakang:
اعْلَمْ
أَبَا مَسْعُودٍ، الَلَّهُ أَقْدَرُ
عَلَيْكَ مِنْكَ عَلَيْهِ
“Ketahuilah wahai Abu Mas’ud, Allah
lebih kuasa untuk menghukummu seperti itu, dari pada kemampuanmu untuk
menghukumnya.”
Hadirin Sidang Jum’at yang dirahmati Allah!
Setidaknya ada 4 (empat) hal yang mengambarkan posisi buruh dalam
pandangan Islam sebagaimana hadis-hadis yang tadi khatib sampaikan:
1.
Islam adalah
agama yang sangat melindungi buruh. Begitu besar perindungan Islam kepada buruh
ini sampai-sampai dalam hal perbudakan, Islam telah sangat jelas berupaya menghapusnya
dari muka bumi. Dalam Al-Quran Surat Al-Mujadilah ayat 4 misalnya, jika
seseorang melakukan zhihar kepada isterinya (Zhihar itu mengatakan bahwa
punggung isterinya seperti punggung ibunya) kemudian ingin rujuk kepada
isterinya tersebut, maka ia harus memerdekakan budak.
Besarnya perlindungan Islam kepada buruh juga dapat kita lihat
dalam hadis-hadis Nabi Muhammad SAW. Sebagai contoh hadis yang diriwayatkan
Imam Muslim, Rasulullah SAW pernah menegur Abdullah Ibn Mas’ud yang memukul
budaknya. Selain itu, Rasul pun memerintahkan sahabat tersebut untuk
memerdekakannya.
2.
Islam tidak
merendahkan kedudukan buruh. Kepada mereka, Islam jelas sikapnya, yaitu tidak
memandang rendah kepada mereka. Manusia adalah sama di hadapan Allah, yang
membedakannya adalah kadar keimanan dan ketakwaan mereka. Bahkan seorang budak
dalam Islam adalah saudara majikannya. Bedanya adalah bahwa budak dijadikan
Allah berada di bawah kekuasaan majikanya. Sebagaimana Hadis Nabi SAW yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari:
إِخْوَانُكُمْ
خَوَلُكُمْ ، جَعَلَهُمُ اللهُ تَحْتَ أَيْدِيكُمْ
“Budak
kalian adalah saudara kalian juga. Allah jadikan mereka di bawah kekuasaan
kalian”
Karena itulah, maka Nabi Muhammad SAW pun dalam hadisnya yang lain memerintahkan
kepada para majikan untuk memberikan makanan yang baik, makanan yang
kualitasnya sama dengan apa yang dimakannya dan memberikan pakaian yang layak sama
dengan yang dipakainya.
Hadirin Sidang Jum’at yang dirahmati Allah!
3.
Islam mengingatkan
secara tegas kepada para majikan untuk tidak memberikan beban kerja melebihi
kemampuan para pekerjanya. Kalaupun ia terpaksa membebani para pekerjanya
dengan sesuatu yang memberatkan mereka, maka hendaknya ia turut membantu
meringankannya. Dalam hal ini Nabi SAW dalam hadisnya yang diriwayatkan Imam
Bukhari bersabda:
وَلاَ
تُكَلِّفُوهُمْ مَا يَغْلِبُهُمْ، فَإِنْ كَلَّفْتُمُوهُمْ فَأَعِينُوهُمْ
Jika
engkau terpaksa membebani mereka sesuatu yang memberatkan mereka maka bantulah
mereka”. (HR. Bukhari, kitab Al-Iman,
bab Ith'amul Mamluk Mimma Ya'kulu).
4.
Islam sangat
memerhatikan kepentingan buruh. Begitu perhatiannya Islam kepada buruh ini,
maka dalam hal pengupahan Islam memerintahkan para pengusaha, pemiliki modal,
majikan untuk membayarkan upah para pekerjanya tidak lama setelah pekerjaannya
selesai. Sebagaimana disebutkan dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Imam bukhari
dan Muslim,. Rasulullah SAW bersabda:
أَعْطُوا
الأَجِيرَ أَجْرَهُ قَبْلَ أَنْ يَجِفَّ عَرَقُهُ
”Berikanlah upah kepada pekerjamu sebelum keringatnya kering”.
Hadirin Sidang Jum’at yang dirahmati Allah!
Demikian
khutbah Jumat kali ini. Semoga kita semua terhindar dari sikap dan perilaku
yang zalim kepada orang lain, terutama kepada mereka yang berada di bawah
kekuasaan kita. Amin Ya Rabbal’Alamin.
KEUTAMAAN DAN MANFAAT SALAT*)[1]
Oleh:
H. Aip Aly Arfan, MA
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الْمَحْمُوْدِ عَلَى
كُلِّ حَالٍ، أَحْمَدُهُ سُبْحَاَنَهُ وَهُوَ اَلْمَوْصُوْفِ بِصِفَاتِ الْجَلاَلِ
وَالْكَمَالِ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ
ذُو الْعَظَمَةِ وَالْجَلاَلِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
الصَّادِقُ الْمَقَالِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وسلم عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ خَيْرِ صَحْبٍ وَآلٍ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كثيرا.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى حَقَّ
تُقَاتِهِ، حَيْثُ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا
اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Di akhir zaman ini, kita menyaksikan suatu fenomena memprihatinkan yang
menimpa umat Islam, yaitu sebuah
realita banyaknya orang yang mengaku muslim namun tidak
memahami hakikat agama Islam yang dianutnya, bahkan tingkah laku keseharian
mereka sangatlah jauh dari nilai-nilai Islam itu sendiri.
Di antaranya adalah
banyaknya umat Islam di masa sekarang yang meremehkan dan menyia-nyiakan salat,
bahkan tidak sedikit dari mereka yang berani meninggalkannya dengan sengaja dan
terang-terangan. Padahal dalam Islam, salat memiliki kedudukan yang tidak bisa
ditandingi oleh ibadah lainnya sebagaimana yang tergambar dari peristiwa isra’
dan mi’raj dimana Rasullah Saw menerima wahyu perintah salat. Setelah
beliau sampai di Sidratul Muntaha, Allah SWT
berbicara langsung kepada Nabi Saw. Yang demikian
itu menunjukkan bahwa betapa tinggi kedudukan ibadah salat dalam Islam, karena
ia adalah tiang agama, di mana agama ini tidak akan tegak kecuali dengannya.
Dalam suatu hadis sahih Rasulullah Saw bersabda:
رَأْسُ الأَمْرِ
الإِسْلَامُ وَعَمُوْدُهُ الصَلَاةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الجِهَادُ فِي سَبِيْلِ
اللهِ
“Sesuatu hal yang
terpenting itu adalah Islam, tiangnya adalah salat, dan puncaknya adalah jihad
di jalan Allah.” (HR. At-Tirmidzi)
Tidak hanya itu, salat merupakan sebab dimasukkannya seseorang kedalam
neraka yang bernama Saqar, yaitu neraka yang membara. Sebagaimana firman Allah
SWT dalam surat al-Muddatsir: 42-46.
Sidang Jumat yang dirahmati
Allah!
Sebagai umat Islam,
kita diperintahkan untuk melaksanakan ibadah salat 5 (lima) kali dalam sehari.
Dan ibadah ini diwajibkan setelah perintah ikhlas,
sebagaimana Firman Allah SWT:
وَمَآ أُمِرُوْا
إِلاَّ لِيَعْبُدُوْااللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَآءَ وَيُقِيْمُوْا
الصَّلَوةَ وَيُؤْتُوْا االزَّكَوةَ وَذَلِكَ دِيْنُالْقَيِّمَةِ
“Dan tidaklah
mereka disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepadaNya dalam menjalankan agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan
salat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
(QS. Al-Bayyinah: 5)
Dan sebagaimana sabda
Rasulullah Saw:
أُمِرْتُ أَنْ
أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوْا أَنْ لاَ إِله إِلاّ اللَّهُ وَأَنَّ
مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللَّه ، وَيُقِيْمُوا الصَّلاَةَ، وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ،
فَإِذَا فَعَلُوْا ذَلِكَ، عَصَمُوْا مِنِّيْ دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ
بِحَقِّ الْإِسْلاَمِ، وَحِسَابُهُمْ عَلَى الله.
“Aku telah
diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwasanya tiada
tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah,
kemudian mendirikan salat dan menunaikan zakat. Apabila mereka melakukan itu,
maka mereka menjaaga darah dan harta mereka dariku kecuali dengan hak Islam,
dan perhitungan mereka diserahkan kepada Allah.” (HR. al-Bukhari dan
Muslim)
Salat juga merupakan
amal pertama kali yang akan dihisab di hari kiamat kelak, seperti tersebut
dalam hadis dari sahabat Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw bersabda:
إنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ، فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ
وَأَنْجَحَ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ.
“Sesungguhnya yang
pertama kali dihisab dari amal seorang hamba pada Hari Kiamat adalah salat.
Apabila salatnya baik, maka ia telah berbahagia dan sukses, tetapi apabila
salatnya jelek, maka ia telah celaka dan rugi.” (HR. At-Tirmidzi).
Dari hadis ini kita
dapat menyimpulkan bahwa salat merupakan penentu amal perbuatan kita. Kalau salat kita baik,
maka baik pula amal perbuatan kita. Begitu juga sebaliknya. Tapi bagaimana amal
perbuatan kita bisa menjadi baik kalau melaksanakan salat saja, tidak.
Dan yang pasti, salat itu memiliki manfaat dan keutamaan buat diri kita,
terutama sebagai bekal kita di akhirat nanti. Lalu apa sajakah manfaat dan
keutamaan salat itu?
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Di antara manfaat atau keutamaan salat dalam Islam,
yang pertama, bahwa salat adalah rukun Islam yang paling utama
setelah syahadat. Dari Ibnu Umar r.a. bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad Saw
bersabda:
بـني الإسـلام على خـمـس : شـهـادة أن لا
إلـه إلا الله وأن محمد رسول الله ، وإقامة الصلاة، وإيـتـاء الـزكـاة ، وحـج
البيت ، وصـوم رمضان
“Islam itu didirikan atas lima pondasi,
bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah
Shubhanahu wa ta’alla dan bersaksi bahwa Muhammad Shalallhu’alaihi wa sallam
adalah utusan Allah Shubhanahu wata’alla, mendirikan shalat, menunaikan zakat ,
berhaji dan melaksnakan puasa ramadhan” [HR Bukhari dan Muslim].
Kedua, salat itu bisa mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Allah SWT berfirman:
وأَقِمِ الصَّلَاةَ
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ
Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat
itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. (QS Al-Ankabut:
45)
Ketiga, salat adalah cahaya, sebagaiamana sabda
Rasulullah Saw:
الطهور شطر الإيمان والحمد لله تملأ الميزان
وسبحان الله والحمد لله تملأ ما بين السماء والأرض والصلاة نور
“Kebersihan itu adalah sebagian dari iman,
al-hamdulillah memenuhi mizan, ucapan subhanallah dan alhamdulillah memenuhi
jarak yang ada di antara langit dan bumi, shalat adalah cahaya…” [HR
Muslim].
Yang keempat,
salat adalah penghapus dosa. Dari Abi Hurairah r.a. bahwa Nabi Muhammad Saw
bersabda: Bagaimanakah pendapat kalian jika ada sebuah sungai di depan
pintu salah seorang diantara kalian dan dia mandi padanya lima kali sehari,
maka apakah akan ada daki yang tertinggal pada badannya? Para sahabat berkata:
Tidak ada daki yang tertinggal pada jasadnya. Rasulullah Saw bersabda, “Itulah
perumpamaan shalat lima waktu di mana Allah SWT menghapuskan dosa dengannya”
[HR Bukhari dan Muslim].
Dan tentunya, kalau dosa-dosa kita sudah dihapus,
maka yang tersisa adalah pahala atas salat-salat yang kita lakukan.
Yang kelima,
orang yang salat adalah orang yang meraih kesuksesan di akhirat nanti.
Sebagaimana firman Allah SWT:
الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَوٰةَ وَهُم بِالْاٰخِرَةِ
هُمْ يُوقِنُونَ أُو۟لٰٓئِكَ عَلَىٰ هُدًى مِّن رَّبِّهِم وَأُو۟لٰٓئِكَ
هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Yang mendirikan shalat, menunaikan zakat dan
yakin terhadap adanya akhirat, merekalah orang-orang yang berjalan di atas arahan
Tuhan, merekalah orang yang sukses” (Luqman: 4-5).
Hadirin
Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Demikianlah
khutbah Jumat kali ini. Semoga bermanfaat. Kita berdoa semoga Allah SWT
menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang patuh dan taat dalam menjalankan kewajiban
salat, menghapus dosa-dosa kita dan meridhai semua langkah kita dan menjadikan
kita orang-orang yang sukses di akhirat nanti dengan memasukkan kita kedalam surga-Nya.
Aamin.
بَارَكَ
الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا
فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ.
Takwa
Sebagai Pintu Kebahagiaan
Oleh:
H. Aip Aly Arfan, MA
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الذي
أمرنا بالاعتصام بحبل الله المتين أشهد أن
لا إلَه إلا الله وحده
لا شريك له الملك الحق المبين وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله صادق الوعد الأمين
اللهم صل وسلم على سيدنا ومولانا محمد وعلى اله وأصحابه أجمعين. أمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، أوصيكم
ونفسي بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون ولقد قَالَ اللهُ تَعَالَى في كتابه الكريم:
Hadirin
Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Sebagai sebuah negara, Indonesia merupakan negara yang sangat kaya
dengan sumber daya alamnya. Emas, ada. Minyak ada, batubara ada. Batu akik? O,
jangan ditanya. Dll. Tanah Indonesia juga sangat subur, sehingga mau nanam
apapun di Indonesia, pasti tumbuh, bahkan seperti kata Koes Ploes, tongkat kayu
dan batu jadi tanaman. Namun, negara yang sangat kaya ini bukan tidak memiliki
masalah. Sebaliknya, masalah di Indonesia sangat banyak, dari masalah hukum
sampai masalah politik. Dari masalah budaya hingga masalah agama. Sungguh ini
semua merupakan pekerjaan rumah yang sangat sulit diselesaikan. Di antara
masalah-masalah tersebut ada juga masalah ekonomi.
Nah, berbicara tentang ekonomi, apabila kita amati perkembangan ekonomi
Indonesia belakangan ini, maka kita akan dapati banyaknya pembangunan gedung-gedung
bertingkat maupun proyek-proyek infrastruktur,seperti jembatan, waduk dan jalan termasuk di Jakarta. Di satu sisi, ini bisa dikatakan
sebagai sesuatu yang positif, karena dengan itu semua dapat memudahkan para
pelaku usaha dari mikro, kecil hingga besar dalam mengembangkan usaha mereka
dan mendistribusikan produk-produk mereka sampai ke konsumen dengan waktu yang lebih
cepat. Namun di sisi lain, ini menimbulkan pertanyaan di benak kita ketika
ternyata dananya berasal dari utang luar negeri, apakah tidak ada jalan lain
selain penambahan utang luar negeri kita yang sudah masuk kategori lampu merah ini? Sejak orde baru hingga lebih dari satu dekade
masa reformasi, utang luar negeri kita
sudah mencapai lebih dari 4200 Triliyun. Sementara setiap tahunnya, Indonesia
mengalami yang namanya defisit, termasuk tahun 2015 yang lalu. Kalau begini
terus, ini kan namanya besar pasak daripada tiang. Kalau begini keadaan
Indonesia dari tahun ke tahun, ganti pemerintahan berkali-kali, namun ekonomi
kita juga tidak membaik dengan utang yang semakin menumpuk, maka bukan tidak
mungkin masa depan Indonesia akan semakin curam. Keberkahan pun akan semakin
jauh dari Indonesia.
Lalu, bagaimana kita dan anak cucu kita nanti akan membayar utang ini
jika setiap pemerintah hanya mampu menambah utang dan tidak mampu membayarnya?
Hadirin
Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Dari uraian khatib di atas, kita bisa simpulkan bahwa pembangunan fisik
yang kita saksikan, terutama di kota-kota besar di Indonesia bukanlah tanda
bahwa Indonesia ini semakin berkembang dan maju, bahkan sebaliknya. Dari hari
ke hari, keadaan Indonesia semakin memburuk dan mundur ke belakang. Hal ini
dalam pandangan khatib bisa terjadi disebabkan, salah satunya oleh semakin jauhnya nilai-nilai agama dari
kehidupan sebagian besar para pemimpin kita, baik yang ada di pemerintahan,
maupun yang ada di parlemen. Karena para pemimpin kita sebagian besarnya
beragama Islam, maka bisa dikatakan bahwa para pemimpin muslim kita, sebagian
besarnya sudah jauh dari nilai-nilai Islam yang
dianutnya. Bisa jadi mereka rajin salatnya, tapi dalam masalah sosial dan
ekonomi, mereka lebih mengutamakan kepentingan pribadi dan keluarganya saja
daripada kepentingan umat Islam yang dipimpinnya. Bisa jadi mereka berpuasa,
zakat dan bahkan haji, tapi dalam masalah sosial dan ekonomi, mereka lebih
mengutamakan kantong-kantong pribadi mereka dibandingkan dengan mengepulkan
asap di dapur umat Islam yang dipimpinnya. Padahal sebagai pemimpin, mereka
akan mempertanggungjawabkan kepemimpinan mereka di dunia ini.
كلكم
راع وكلكم مسؤول عن رعيته
Dan sebagai muslim mereka juga
harus peduli dengan kepentingan umat Islam yang lain, karena kalau tidak punya
kepedulian, maka keislaman mereka dipertanyakan. Sebagaimana hadis Nabi Saw:
من لم يهتم بأمر المسلمين فليس منهم
Namun, masalah bangsa kita, termasuk masalah ekonomi ini bukan tanggung jawab para pemimpin
kita saja. Tapi tanggung jawab kita juga, umat Islam secara keseluruhan. Oleh
karena itu, pertanyaannya adalah bagaimana sebagai umat Islam kita berperan dalam
ikut menyelesaikan masalah ini agar bangsa kita menjadi bangsa yang penuh
keberkahan di dalamnya.
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Dalam al-Quran surat al-A’raf ayat 96 Allah SWT berfirman:
096. Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,
pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,
tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya.
Dari ayat ini kita bisa mnyimpulkan bahwa Allah SWT akan membukakan
pintu keberkahan bagi penduduk negeri, jika mereka beriman dan bertakwa
kepada-Nya. Dan kalau pintu keberkahan tidak ada di Indonesia, ini bisa berarti
penyebabnya adalah umat Islam di Indonesia belum beriman dan bertakwa kepada Allah
SWT dengan sebenar-benarnya. Ibadah yang kita laksanakan selama bulan Ramadan
kemarin dan pada tahun-tahun sebelumnya bisa jadi tidak membuahkan hasil
sebagaimana yang diharapkan, yaitu mencapai derajat takwa. Tarawih kita, 0.
Baca Quran kita 0. I’tikaf kita 0. Oleh karena itu, yuk di siang hari yang
mulia ini, di hari yang penuh keberkahan ini, mari kita sama-sama
mengintrospeksi diri kita untuk kemudian kita sama-sama pula berupaya untuk
meningkatkan kadar ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan mengamalkan
nilai-nilai Islam dalam kehidupan kita sehari-hari, bukan hanya dalam bentuk
ibadah formal saja, tetapi juga dalam bentuk ibadah sosial. Karena mungkin,
puasa kita full, tapi bohong jalan terus. Atau mungkin kita rajin salat, tapi perilaku
kita tidak baik ke tetangga. Selain itu, marilah kita berdoa kepada Allah SWT
agar kita dapat meningkatkan kadar ketakwaan kita dan para pemimpin muslim kita
diberikan petunjuk dan hidayah-Nya dan dapat menjalankan amanat yang diembannya
dengan sebaik-baiknya demi kemakmuran dan keberkahan bersama, sehingga negara kita Indonesia menjadi negara yang disebutkan al-Quran sebagai
baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Aamiiin..
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم ونفعني وأياكم بما
فيه من الآيات والذكرالحكيم وتقبل مني ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم أقول
قولي هذا وأستغفرالله العظيم يذكركم ولسائر المسلمين والمسلمات والمؤمنين
والمؤمنات فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم
Oleh:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الذي
أمرنا بالاعتصام بحبل الله المتين أشهد أن
لا إلَه إلا الله وحده
لا شريك له الملك الحق المبين وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله صادق الوعد الأمين
اللهم صل وسلم على سيدنا ومولانا محمد وعلى اله وأصحابه أجمعين. أمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، أوصيكم
ونفسي بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون ولقد قَالَ اللهُ تَعَالَى في كتابه الكريم:

Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Uang. Semua orang tahu tentang uang. Dari yang tua
renta sampai yang balita, tahu tentang uang. Dari presiden sampai penjual
permen, tahu yang namanya uang. Dari ibu negara sampai ibu rumah tangga tahu
tentang uang. Bisa dikatakan, segala sesuatu memerlukan
uang. Membeli kebutuhan pokok sehari-hari perlu uang. Untuk membeli beras, daging, ikan,
susu, pakaian- perlu uang. Apalagi dengan kondisi saat ini di mana harga-harga
barang dan kebutuhan naik. Dengan uang Anda bisa membiayai pendidikan anak,
membayar biaya pengobatan, membayar tagihan listrik, telepon, air, membayar
cicilan rumah, cicilan mobil, membeli sofa, tempat tidur, lemari, meja, kursi;
dengan uang, Anda bisa menonton film, makan di restoran, menonton pagelaran
musik klasik dan liburan ke luar negeri.
Dengan uang juga, kita bisa membeli mas, membeli tanah, membeli
property dan berinvestasi. Dengan uang, kita bisa berbisnis, membantu yatim piatu, orang sakit,
dan orang susah. Bahkan untuk menyeimbangkan hidup jasmani dengan hidup rohani,
kita memerlukan uang. Dengan uang, kita membeli Al-Quran, membeli buku-buku agama,
bersedekah, zakat dan sebagainya.
Uang bukan hanya memenuhi kebutuhan primer, sekunder,
tertier, sosial dan rohani, tetapi uang bisa juga mengangkat ego. Dengan
memiliki uang, harga diri bisa terangkat, rasa percaya diri bertambah, berani
mengeluarkan pendapat, berbicara di muka umum, dan berani mengambil tugas-tugas
sosial.
Sebaliknya, bila tak punya uang orang bisa minder,
rasa percaya diri bisa berkurang, bisa diam seribu bahasa dalam pertemuan dan
tidak berani bicara; muncul rasa takut untuk terlibat pada aktifitas-aktifitas
sosial. Pertanyaannya, adalah apakah sebagai umat Islam kita boleh mencari uang
untuk memenuhi kebutuhan kita sehari-hari? Bagaimana cara mendapatkan uang
dalam Islam? Dan bolehkah kita menghalalkan segala cara demi mendapatkan uang?
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Dalam ayat 10 surat al-Jumuah, Allah SWT
berfirman:

010. Apabila telah ditunaikan
sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan
ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.
Dikuatkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh
imam Muslim,
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَهُوَ عَلَى
الْمِنْبَرِ وَهُوَ يَذْكُرُ الصَّدَقَةَ وَالتَّعَفُّفَ عَنْ الْمَسْأَلَةِ،
الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى، وَالْيَدُ الْعُلْيَا
الْمُنْفِقَةُ وَالسُّفْلَى السَّائِلَةُ (رواه مسلم.(
Dari Abdullah bin Umar ra bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda, pada saat beliau berkhutbah di atas mimbar, Beliau menyebut pentingnya sedekah dan tidak meminta-minta. "Tangan
yang di atas lebih baik daripada tangan yang dibawah. Tangan di atas adalah
tangan pemberi sementara tangan yang di bawah adalah tangan
peminta-minta."
Dalam hadis yang lain
yang diriwayatkan oleh imam Bukhari, Rasulullah SAW bersabda:
مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ،
حَتَّىٰ يَأْتِيَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَيْسَ فِيْ وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ
Seseorang senantiasa meminta-minta kepada orang lain sehingga ia akan
datang pada hari kiamat dalam keadaan tidak ada sepotong daging pun di
wajahnya.
Dalam Hadis yang juga diriwayatkan oleh imam Bukhari, Nabi
Muhammad SAW bersabda:
وَعَنِ
الْمِقْدَادِ بْنِ مَعْدِيْكَرِبَ رَضِيَ الله عَنْهُ عَنِ النَبِيِّي صلى الله
عليه و سلم قَالَ : مَا اَكَلَ اَحَدٌ طَعَامً قَطُّ خَيْرًا أَنْ يَأكُلَ مِنْ
عَمَلِ يَدِهِ وَإِنَّ نَبِيَّ اللهَ دَاؤُدَ كَانَ يَأكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ. )راوه البخاري(
Artinya: “Diriwayatkan
dari Al-Miqdam r.a: Nabi SAW pernah bersabda, tidak ada makanan yang lebih baik
dari seseorang kecuali makanan yang ia peroleh dari uang hasil keringatnya
sendiri. Nabiyullah Daud as, makan dari hasil keringatnya sendiri”.
Dari ayat yang khatib bacakan tadi dan 3 (tiga)
hadis setelahnya kita bisa menyimpulkan bahwa kita boleh mencari uang dan sangat dianjurkan oleh
Islam bahkan bisa dikatakan wajib hukumnya. Islam bahkan mengecam tindakan meminta-minta
dalam mendapatkan uang. Bekerja, itulah cara kita mendapatkan uang yang benar
dalam Islam, bukan dengan meminta-minta.
Lalu, apakah kita dibenarkan bekerja dengan menghalalkan yang diharamkan
Allah SWT? Tentu saja kita benar bekerja untuk mendapatkan uang tapi yang salah
adalah ketika kita bekerja dengan menghalalkan segala cara dan menghalalkan
yang diharamkan Allah SWT. Dalil yang terkait dengan itu sangat banyak, baik dari al-Quran maupun dari
Hadis. Ironisnya, banyak umat Islam yang melakukan hal
ini. Berniaga, tapi mengurangi timbangan, bekerja tapi korupsi, bekerja tapi
menyalahgunakan wewenang dan jabatan. Karena
uang, agama ditinggalkan. Karena uang, Iman
dicampakkan. Dan
karena uang, akhlak dikesampingkan. Bahkan,
ada yang mau disuruh melakukan apa saja- tidak perduli apakah itu benar atau
salah. Karena uang, ada yang mau menjadi penjilat, pura-pura bersikap sopan,
tidak berani mengemukakan kritik, melakukan kejahatan, sampai membunuh. Na’uudzu billaah min
dzaalik.
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Kenapa kita dilarang menghalalkan segala cara dalam mendapatkan uang? Sebabnya
adalah karena ada kehidupan sesudah kehidupan di dunia ini. Ada akhirat setelah dunia.
Tidak ada satu perbuatan pun yang akan luput dari pengadilan akhirat. Semua
perbuatan kita di dunia akan berdampak di akhirat nanti.
Kehidupan duniawi yang semakin sekularistik, materialis dan hedonis memang
menggoda kita untuk melakukan pelanggaran atas rel yang sudah digariskan Islam.
Maka tidak heran kalau orang yang imannya kepada hari akhir tidak kuat, akan
terseret dalam kehidupan menghalalkan segala cara dalam mendapatkan uang. Padahal kehidupan dan
kesenangan dunia adalah gurauan dan permainan belaka yang memperdaya kita.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Aali Imran ayat 185:

185.
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat
sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu
tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.
Oleh
karena itu, pada kesempatan yang baik ini, di hari yang mulia ini. Mari kita
sama-sama mengevaluasi diri kita. Introspeksi diri. Sudah kuatkah iman kita?
Sudah kokohkah aqidah kita? Karena kita semua tahu, bahwa bangunan itu kalau
kokoh pondasinya, maka akan kokoh pulalah bangunan itu, tapi kalo rapuh
pondasinya, maka runtuhlah bangunannya. Begitu pula dengan Islam kita. Kalau
kuat aqidah kita, kuat pula Islam kita. Sebaliknya, kalau melenceng iman kita,
maka melenceng pula Islam kita.
Kita
berdoa semoga Allah selalu memberikan kita hidayah-Nya dan menjadikan kita
hamba-hamba-Nya yang kuat iman dan aqidahnya sehingga kita menjadi orang-orang
yang bertakwa kepada-Nya dengan tidak menghalalkan segala cara dalam
mendapatkan uang. Aamiin yaa rabbal’aalamiin.
HIKMAH DARI HIJRAH NABI MUHAMMAD SAW KE MADINAH[1]
Oleh:
Aip Aly Arfan[2]
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Saat ini kita sudah memasuki tanggal 19 Muharram 1441
Hijriyah bertepatan dengan tanggal 19 September 2019. Penannggalan Islam ini didasarkan
pada peristiwa hijrah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya
dari kota Mekah ke kota Madinah pada tahun kesepuluh kenabian, yaitu tahun 622
Masehi. karena perlakukan buruk dan kasar dari orang-orang kafir Quraisy yang
tidak menginginkan agama Islam tersebar luas. Dengan hijrah ini dakwah Islam
berangsur-angsur membaik dan peradaban Islam pun berjaya. Bertitik tolak dari
hal ini, maka khutbah Jumat kali ini adalah tentang hikmah di balik peristiwa
hijrah nabi Muhammad Saw dari Mekah ke Madinah.
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Sebelum membahas tentang hikmah di balik peristiwa
hijrah ini, kita bahas dulu tentang definisi hijrah itu sendiri. Kata hijrah
berasal dari Bahasa Arab, yang berarti meninggalkan, menjauhkan dari dan berpindah
tempat. Secara terminologis, hijrah adalah kegiatan perpindahan yang dilakukan
oleh Nabi Muhammad SAW bersama para sahabat beliau dari Mekah ke Madinah,
dengan tujuan mempertahankan dan menegakkan risalah Allah, berupa aqidah dan
syari’at Islam. Dalam Al-Quran, Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah:
218.

“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan
Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS. Al-Baqarah:
218).
Pada ayat yang lain Allah tegaskan bahwa orang yang
berhijrah itulah orang yang terbukti benar keimanannya:

“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta
berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi
pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang
benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia.” (QS. Al-Anfal: 74).
Maka dari itu, mereka yang berhijrah di jalan Allah
adalah orang yang tinggi derajatnya dan termasuk orang yang mendapat kemenangan
besar. Allah SWT berfirman:

“Orang-orang
yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda
dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang
yang mendapat kemenangan.” (QS. At-Taubah: 20).
Dari definisi
hijrah dan ayat-ayat di atas, kita dapat menyimpulkan beberapa hal berikut ini:
- Hijrah
adalah perpindahan dari suatu keadaan yang buruk ke keadaan yang baik,
dari tempat yang buruk ke tempat yang baik, juga dari pemikiran negatif ke
pemikiran positif.
- Hijrah
harus dilakukan atas dasar niat karena Allah dan tujuan mengharap rahmat
dan keridhaan Allah.
- Orang-orang
beriman yang berhijrah dan berjihad dengan motivasi karena Allah dan tujuan
untuk meraih rahmat dan keridhaan Allah, mereka itulah adalah mu’min
sejati yang akan memperoleh pengampunan Allah, memperoleh keberkahan
rizki (nikmat) yang mulai, dan kemenangan di sisi Allah.
- Bahwa
hijrah dan jihad dapat dilakukan dengan mengorbankan apa yang kita
miliki, termasuk harta benda, bahkan jiwa.
Lalu apa saja hikmah yang bisa kita ambil dari
peristiwa hijrah ini?
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
1.
Nabi Muhammad Saw ketika hijrah ke Madinah, yang
pertama kali dibangun adalah masjid. Artinya apa? Artinya adalah kalo kita mau
berubah dari yang buruk menjadi baik, atau kalo peradaban Islam mau bangkit,
maju dan berjaya, maka yang harus kita lakukan adalah memulainya dari masjid
sebagai simbol ibadah. Umat Islam harus memperbaiki salatnya. Kalo sebelumnya salatnya
malas, kita harus rajin salat lima waktu sehari semalam. Klo sebelumnya jarang
salat shubuh berjamaah, maka kita harus membiasakan salat shubuh berjamaah di
masjid.
Selain untuk tempat ibadah, masjid
juga menjadi tempat berbagai aktivitas penting lainnya, seperti politik dan
ekonomi. Di sinilah pentingnya mengelola masjid dengan cara-cara profesional.
Maka para pengurus masjid dalam DKM perlu mempelajari manajemen masjid yang
profesional agar kemakmuran masjid benar-benar terwujud.
2.
Ketika sampai di Madinah, nabi Muhammad Saw
mempersatukan antara kaum muhajirin dan kaum Anshar. Kaum Muhajirin adalah umat
Islam yang berhijrah dan Anshar adalah umat Islam yang tinggal di Madinah. Pada
waktu itu, nabi mengokohkan ukhuwah di antara kaum Muhajirin dan Anshar. Kaum
Anshar yang memiliki harta berbagi dengan kaum Muhajirin. Di sinilah pentingnya
penguatan ukhuwah islamiyah. Maka kalo umat Islam mau bangkit, maju dan
berjaya, maka kita harus memperkokoh ukuhuwah islamiyah kita. Singkirkan
perbedaan dan kedepankan keimanan kita kepada Allah dan pemahaman bahwa kita
adalah saudara dan jangan kita malah terpecah belah dan berantem satu sama
lainnya. Dalam masalah belanja barang-barang, misalnya, kita sebaiknya lebih
memprioritaskan belanja ke warung-warung muslim, meskipun, misalnya harganya
lebih mahal. Toh mereka adalah saudara kita. Sebagaimana firman Allah
Sesungguhnya
orang-orang beriman itu bersaudara.
3.
Di Madinah, nabi Muhammad Saw membangun pemerintahan
yang didasari nilai-nilai Islam dan membawa kemaslahatan bukan hanya bagi umat
Islam, tapi juga bagi masyarakat non muslim. Di sinilah pentingnya umat Islam
memiliki pemimpin yang adil dan bijaksana. Maka kalo kita mau bangkit, maju dan
berjaya, maka kita harus memperjuangkan terpilihnya para pemimpin yang adil dan
bijaksana, seperti bapak Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta saat ini.
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Demikianlah khutbah Jumat
kali ini. Semoga bermanfaat dan kita berdoa semoga kita dapat mengambil hikmah
dan pelajaran dari peristiwa hijrahnya Muhammad Saw dan dapat mengikuti jejak
beliau dalam berhijrah. dan dengan masuknya kita di tahun baru Islam ini,
mudah-mudahan bisa kita jadikan momentum untuk perubahan kondisi umat Islam ke
arah yang lebih baik. Aamiin yaa Rabbal’aalamiin.
[1] Khutbah Jumat di Masjid
Baiturrohman Kemayoran, Jakarta Pusat tanggal 20 September 2019
[2] Khatib adalah Dosen Sejarah dan
Peradaban Islam di STAI Indonesia Jakarta
SUKSES DUNIA DAN AKHIRAT[1]
Oleh:
H. Aip Aly Arfan, MA[2]
Sidang Jum’at yang dirahmati Allah!
Semua manusia di alam ini menginginkan kesuksesan,
termasuk kita umat Islam. Ada yang menginginkan kesuksesan dalam belajarnya,
atau kuliahnya, ada yang menginginkan kesuksesan dalam karirnya, ada yang
menginginkan kesuksesan dalam usahanya, ada yang menginginkan kesuksesan dalam
rumah tangga. Dan lain sebagainya. Hal ini tentunya wajar dan sangat manusiawi.
Namun, sebagai umat Islam, kita diajarkan untuk percaya bahwa hidup bukanlah
untuk di dunia ini saja. Tapi ada kehidupan lain selain di dunia ini, yaitu
kehidupan di akhirat. Oleh karena itu, tujuan hidup kita pun ada dua, yaitu
tujuan jangka pendek, yaitu di dunia ini dan tujuan jangka panjang di akhirat
nanti. Dengan latar belakang di atas, maka kesuksesan yang ingin kita raih pun
bukan hanya kesuksesan di dunia, tapi juga kesuksesan di akhirat. Pertanyaannya
kemudian, bagaimana caranya agar kita sukses, baik di dunia, maupun di akhirat.
Karena pentingnya jawaban atas pertanyaan ini, maka tema khutbah kita kali ini
adalah sukses dunia dan akhirat.
Sidang Jum’at yang dirahmati Allah!
Berbicara tentang kesuksesan, tidak lengkap
kiranya kalau tidak menyentuh masalah definisi kesuksesan itu sendiri. Dan berbicara
masalah definisi, banyak sekali orang yang mendefinisikan kesuksesan. Ada yang
mengatakan bahwa sukses itu jika memiliki harta berlimpah. Ada juga yang
mengatakan bahwa sukses itu jika memiliki kedudukan yang tinggi, ada juga yang
mengatakan bahwa sukses itu jika memiliki usaha dengan omset yang besar.
Menurut khatib, definisi-definisi kesuksesan ini tidak salah, hanya saja kurang
lengkap. Lalu, bagaimana definisi kesuksesan yang lengkap itu? Definisi
kesuksesan yang lengkap menurut khatib adalah memiliki harta yang berlimpah
dengan cara baik. Memiliki kedudukan yang tinggi dengan cara yang baik, atau
memiliki usaha beromset besar dengan cara yang baik. Karena jika kesuksesan
didapat dengan cara yang tidak baik, misalnya memiliki harta berlimpah dengan
cara mengorupsi uang rakyat, itu bukanlah kesuksesan yang sebenarnya. Begitu
juga dengan memiliki kedudukan yang tinggi dengan cara menyuap, itu bukanlah
kesuksesan yang sebenarnya. Begitu pula dengan memiliki usaha beromset besar
dengan cara menipu pelanggan, atau melakukan monopoli pasar, itu bukanlah
kesuksesan yang sebenarnya. Oleh karena itu, kepada orang-orang seperti ini,
kita tidak perlu mengacungi jempol, mengangkat topi maupun membungkukkan badan,
tanda penghormatan, karena mereka adalah orang-orang yang membuat mayoritas
rakyat di negeri kita tercinta ini terus sengsara.
Hadirin, sidang Jum’at yang dirahmati Allah!
Kesuksesan itu bukan dilihat dari banyaknya harta,
tingginya kedudukan, atau pun omset yang besar. Kesuksesan itu dilihat dari
bagaimana seseorang itu mendapatkan kekayaan, meraih jabatan atau melakukan
usahanya, Apakah caranya baik atau tidak. Jadi, yang menjadi patokan seseorang
itu dapat dikatakan sukses atau tidak adalah terletak pada akhlaknya. Semakin
baik akhlak sesorang, semakin sukses ia, sebaliknya, semakin buruk akhlaknya,
semakin gagallah ia. Kalau memang begitu definisi sukses yang sebenarnya, lalu
bagaimana caranya agar kita berakhlak yang baik agar kita mendapatkan
kesuksesan, baik di dunia maupun di akhirat?
Hadirin, sidang Jum’at yang dirahmati Allah!
Dalam Islam, banyak sekali yang bisa kita lakukan
agar meraih kesuksesan di dunia dan akhirat, baik kita miskin, atau pun kaya,
baik kita berkedudukan tinggi atau pun tidak. Di sini, khatib akan
menguraikannya sebagian:
1.
Bertobat
dengan sebenar-benarnya. Kalau kita pernah mengambil harta orang lain dengan
cara yang haram, misalnya marilah sebisa mungkin kita mengembalikan harta
tersebut kepada yang berhak dan kemudian kita berjanji untuk tidak
mengulanginya. Atau, kalau kita pernah melakukan penyuapan agar pangkat,
jabatan dan kedudukan kita tinggi, marilah kita bersedekah sebanyak-banyaknya
dan berjanji tidak mengulanginya lagi.
2.
Banyak-banyak
mengingat Allah Swt. Dengan banyak mengingat Allah, kita akan menjadi hamba-Nya
yang istimewa. Caranya, bisa dengan melakukan ibadah-ibadah sunnah, seperti
salat tahajjud, berpuasa senin kamis, membaca Al-Qur’an dan lain sebagainya.
3.
Bertawakal
kepada Allah Swt. Marilah kita jadikan Allah Swt. sebagai sandaran hidup kita satu-satunya,
karena hanya Allah lah yang patut kita sandarkan, bukan bos kita, bukan pejabat
tinggi, dan bukan presiden.
4.
Berbuat
adil kepada sesama manusia. Dalam pengertian, kita tidak membeda-bedakan yang
satu dengan yang lain, karena semua sama di mata Allah Swt. Kalau kita seorang
penegak hukum, sebagai hakim, polisi atau pengacara misalnya, marilah kita
tegakkan hukum dengan seadil-adilnya tanpa melihat siapa yang melakukan
kesalahan. Bukankah Nabi sendiri akan memotong tangan Fatimah, anaknya sendiri
jika ia mencuri?
5.
Membantu
orang yang membutuhkan. Membantu di sini bukan hanya dengan harta, tapi dengan
pikiran dan tenaga juga dan nilainya sama antara yang membantu dengan harta
dengan yang membantu dengan tenaga atau pikiran. Jadi, jangan berkecil hati
jika kita miskin harta, karena kita
masih bisa membantu dengan tenaga dan pikiran kita.
6.
Menutup
aib orang lain. Kata Nabi Saw. Kalau
kita menutup aib orang lain, maka aib kita akan ditutup di hari kiamat nanti.
Untuk itu, marilah kita berpandangan positif, baik kepada diri sendiri, orang
lain dan Tuhan dan tutuplah cela dan aib orang lain dan jangan mengumbar
kejelekan orang lain agar aib dan cela kita, di hari kiamat nanti ditutup oleh
Allah Swt.
Selain keenam hal di atas, yang paling penting
untuk dilakukan adalah mempraktekkan kesemuanya itu dengan penuh keikhlasan,
karena tanpa keikhlasan, semua yang kita lakukan akan sia-sia belaka. Semoga
Allah Swt menganugerahkan kepada kita semua kemampuan untuk melakukan ketujuh
hal di atas agar kita semua meraih kesuksesan yang sebenarnya, baik di dunia
maupun di akhirat nanti. Amin.
KIAT MENGHADAPI WABAH VIRUS CORONA[1]
Oleh:
H. Aip Aly Arfan, MA[2]
Hadirin Sidang Jum’at yang dirahmati
Allah!
Saat
ini dunia sedang dilanda wabah virus Corona, termasuk di Indonesia. Meskipun
tidak separah negera Italia dan Spanyol, virus ini sudah memakan korban
meninggal dunia. Hal ini bisa kita kategorikan sebagai sebuah bencana. Dari
latar belakang ini, maka khutbah Jumat kali ini mengambil judul Kiat Menghadapi
wabah virus Corona. Pertanyaannya adalah Apa itu virus Corona? Dan bagaimana
kiat kita sebagai umat Islam dalam menghadapi wabah ini?
Hadirin Sidang Jum’at yang dirahmati
Allah!
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan
Penyakit Amerika Serikat (CDC), virus corona adalah adalah kelompok virus yang
umumnya menjangkiti hewan. Hanya dalam kasus yang jarang terjadi dapat
ditularkan pada hewan ke manusia, seperti yang terjadi di Wuhan, China.
Virus corona dapat membuat orang sakit pneumonia Wuhan atau pneumonia
China. Penyakit ini berbeda dengan jenis pneumonia biasa karena jenis virus
yang berbeda pula.
Bagian tubuh yang terserang biasanya adalah saluran pernapasan atas ringan
hingga sedang, mirip seperti flu biasa. Gejala-gejala yang muncul
meliputi pilek, batuk, sakit tenggorokan, sakit kepala, dan demam. Untuk demam,
yang membedakannya dengan gejala penyakit lainnya adalah waktu serangan atau
inkubasinya yang lebih lama, yaitu mencapai 14 hari.
WHO
menyatakan virus dapat menyebar dari kontak manusia dengan hewan dan manusia
dengan manusia. Hingga saat ini belum diketahui hewan apa yang menyebarkan
virus tersebut. Dugaan sementara mengarah pada ular dan kelelawar.
Lalu, apa
kiat kita sebagai umat Islam dalam menghadapi wabah virus Corona ini?
Hadirin Sidang Jum’at
yang dirahmati Allah!
Pertama: Tawakkal kepada Allah
Setiap muslim hendaknya pasrah dan tawakkal kepada Allah. Ingatlah segala
sesuatu atas kuasa Allah dan sudah menjadi takdir-Nya. Ayat-ayat dan
hadits-hadits berikut jadi renungan kita.
Dalil pertama,
مَا أَصَابَ مِن
مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ
وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin
Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi
petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
(QS. At-Taghabun: 11)
Dari Abul ‘Abbas ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia
berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَاعْلَمْ أَنَّ
الأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ
إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ
يَضُرُّوْكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوْكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ
عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ
“Ketahuilah apabila semua umat berkumpul untuk mendatangkan manfaat
kepadamu dengan sesuatu, maka mereka tidak bisa memberikan manfaat kepadamu
kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan seandainya mereka
pun berkumpul untuk menimpakan bahaya kepadamu dengan sesuatu, maka mereka
tidak dapat membahayakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan
bagimu. Pena-pena (pencatat takdir) telah diangkat dan lembaran-lembaran
(catatan takdir) telah kering.” (HR. Tirmidzi, dan ia berkata bahwa hadits
ini hasan shahih).
Kedua: Menjaga aturan Allah
Ingatlah kalau kita menjaga aturan Allah memerhatikan perintah dan menjauhi
larangan, pasti Allah akan menjaga kita pula.
Dalam nasihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma disebutkan,
احْفَظِ اللهَ
يَحْفَظْكَ،
“Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu.” (HR. Tirmidzi, no.
2516; Ahmad, 1:293; Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, 14:408. Al-Hafizh Abu Thahir
mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
Ketiga: Ingatlah keadaan seorang mukmin
antara bersyukur dan bersabar
Dari Shuhaib, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَجَبًا لأَمْرِ
الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ
لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ
أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu
baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan,
maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia
bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)
Keempat: Lakukan ikhtiar dan sebab
Lakukanlah sebab dan lakukan berbagai upaya uintuk mengobati penyakit.
Berobat dan mencari sebab tidaklah bertentangan dengan tawakkal.
Dalam hadits disebutkan tentang khasiat kurma,
مَنْ تَصَبَّحَ
بِسَبْعِ تَمَرَاتٍ عَجْوَةً لَمْ يَضُرَّهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ سُمٌّ وَلاَ سِحْرٌ
“Barangsiapa di pagi hari memakan tujuh butir kurma ajwa, maka ia tidak
akan terkena racun dan sihir pada hari itu.” (Muttafaqun ‘alaih. HR.
Bukhari no. 5779 dan Muslim no. 2047).
Untuk menghadapi wabah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan
dalam hadits dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
إِذَا سَمِعْتُمُ
الطَّاعُونَ بِأَرْضٍ، فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأرْضٍ، وأنْتُمْ
فِيهَا، فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا. متفق عَلَيْهِ
“Apabila kalian mendengar wabah tha’un melanda suatu negeri, maka janganlah
kalian memasukinya. Adapun apabila penyakit itu melanda suatu negeri sedang
kalian ada di dalamnya, maka janganlah kalian keluar dari negeri itu.” (Muttafaqun
‘alaihi)
Kelima: Perkuat diri dengan dzikir, terutama sekali rutinkan dzikir pagi
dan petang.
Dari ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ عَبْدٍ
يَقُولُ فِي صَبَاحِ كُلِّ يَوْمٍ وَمَسَاءِ كُلِّ لَيْلَةٍ : بِسْمِ اللهِ
الَّذِي لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاءِ
وَهُوَ السَّمِيعُ العَلِيمُ ، ثَلاثَ مَرَّاتٍ ، إِلاَّ لَمْ يَضُرَّهُ شَيْءٌ
“Tidaklah seorang hamba mengucapkan setiap pagi dari setiap harinya dan
setiap petang dari setiap malamnya kalimat: BISMILLAHILLADZI LAA YADHURRU
MA’ASMIHI SYAI-UN FIL ARDHI WA LAA FIS SAMAA’ WA HUWAS SAMII’UL ‘ALIIM (dengan
nama Allah Yang dengan nama-Nya tidak ada sesuatu pun yang membahayakan di bumi
dan tidak juga di langit, dan Dialah Yang Maha Mendegar lagi Maha Mengetahui)
sebanyak tiga kali, maka tidak aka nada apa pun yang membahayakannya.” (HR.
Abu Daud dan Tirmidzi. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih). [HR.
Abu Daud, no. 5088; Tirmidzi, no. 3388; Ibnu Majah, no. 3388. Al-Hafizh Abu
Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan].
Disebutkan dalam hadits dari Abu Mas’ud Al-Badri radhiyallahu ‘anhu bahwasanya
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَرَأَ
بِالآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِى لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ
“Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada malam
hari, maka ia akan diberi kecukupan.” (HR. Bukhari no. 5009 dan Muslim no.
808)
Juga ada anjuran membaca surah Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas.
وَعَنْ عَبْدِ اللهِ
بْنِ خُبَيْبٍ – بِضَمِّ الخَاءِ المُعْجَمَةِ – – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – قَالَ :
قَالَ لِي رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : (( اقْرَأْ :
قُلْ هُوَ اللهُ أحَدٌ ، والمُعَوِّذَتَيْنِ حِيْنَ تُمْسِي وَحِينَ تُصْبحُ ،
ثَلاثَ مَرَّاتٍ تَكْفِيْكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ )) . رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ
وَالتِّرْمِذِي ، وَقاَلَ : حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ.
‘Abdullah bin Khubaib (dengan mendhammahkan kha’ mu’jamah) radhiyallahu
‘anhu, berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamberkata kepadaku,
‘Bacalah: Qul huwallahu ahad (surah Al-Ikhlash) dan Al-Mu’awwidzatain (surah
Al-Falaq dan An-Naas) saat petang dan pagi hari sebanyak tiga kali, maka itu
mencukupkanmu dari segala sesuatunya.” (HR. Abu Daud, no. 5082 dan
Tirmidzi, no. 3575. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih).
Ini juga bacaan yang terkandung permohonan perlindungan secara sempurna
dari berbagai mara bahaya, dibaca sekali ketika pagi dan petang:
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ
أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ
إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ
وَمَالِيْ اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِى وَآمِنْ رَوْعَاتِى. اَللَّهُمَّ
احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ
شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ
تَحْتِيْ
(HR. Abu Daud no. 5074 dan Ibnu
Majah no. 3871. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih).
Hadirin Sidang Jum’at yang dirahmati Allah!
Demikian
khutbah Jumat kali ini. Semoga bermanfaat. Dan semoga kita termasuk
hamba-hamba-Nya yang bersabar dalam menghadapi wabah virus ini. Dan semoga
Allah SWT mengampuni segala dosa-dosa kita dan menjadikan kita hambanya yang
pandai bersyukur. Aamiin.
[1] Khutbah Jumat
di Masjid Al-Ihsan Klender Jakarta Timur pada tanggal 1 Maret 2020
[2] Dosen Sejarah dan Peradaban Islam
STAI Indonesia Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar